EKBIS.CO, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 menghambat penjualan sayuran dan buah ke pasar induk, pasar tradisional dan horeka. Kondisi ini berpengaruh pada pendapatan di tingkat petani. Meskipun demikian Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan mengingatkan agar pertanian harus menjadi prioritas bersama.
Menyikapi hal tersebut, Pasar Tani Sabilulungan di bawah binaan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Bandung berinisiatif menawarkan paket sayuran ke berbagai lembaga pemerintahan dan swasta di Kabupaten Bandung. Gayung bersambut, rata-rata permintaan setiap minggu mencapai 2000 paket sayuran dibanderol Rp 15 ribu sampai 20 ribu.
"Kondisi ini kembali menggairahkan para petani untuk bertanam sayur dan mengatur pola tanam guna memenuhi permintaan pasar. Aneka produk sayuran terus dibudidayakan oleh petani. Sekalipun pandemi, permintaan masih terus ada. Masyarakat menyadari bahwa mengkonsumsi sayur-sayuran dapat meningkatkan imun tubuh," ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat diwawancarai, Rabu (16/9).
Para petani menyiapkan variasi paket sayuran yang kemudian dipasok ke pasar tani atau bahkan memenuhi berbagai pesanan dari kantor-kantor pemerintahan. Salah satu petani yang sukses sebagai petani sayur sekaligus pengusaha kopi yaitu H Danuri. Dirinya tak bosan-bosannya mengajak masyarakat untuk terus berbudidaya sayur-sayuran. Bertanam sayur dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek karena masa panennya yang cepat, sedangkan kopi untuk kebutuhan jangka panjang.
Ketua Kelompok Tani Rahayu asal Pengalengan, Kabupaten Bandung ini menyampaikan bahwa kelompoknya menampung 180 pekerja tani baru. Sejumlah besar petani ini sebagian besar dari ibu kota dan merupakan korban PHK akibat pandemi Covid-19.
"Mereka bahkan bertekad tidak akan kembali ke kota karena merasa kebutuhan hidupnya tercukupi dengan baik di sini,” papar Danuri.
Ketua Kelompok Tani Mekar Setia, H Udung menyampaikan pertanian hortikultura sebetulnya sangat menguntungkan. Dirinya rutin memenuhi permintaan paket sayur-sayuran untuk mengisi pasar tani yang dibina oleh Dinas Pertanian Kabupaten Bandung.
“Dengan modal sekitar Rp 30 juta di musim hujan dan Rp 45 juta di musim kemarau, hasil yang untuk wortel bisa mencapai Rp 500 juta per hektare,” ujar Udung bangga.
Udung turut menyampaikan harapannya untuk mendapat bantuan fasilitas pengolahan saos tomat dan tepung kentang. "Kentang yang ada luka/cacat sedikit saja maka harganya akan jatuh. Padahal kalau bisa diolah, dengan membuang bagian yang cacat tersebut, harganya bisa lebih tinggi. Permintaan pasar juga tinggi, termasuk untuk ekspor ke Belanda," tuturnya bersemangat.
Ketua Pasar Tani Kabupaten Bandung, Titi Rumsity mengatakan bahwa dengan adanya pasar tani sangat membantu para petani terutama di saat harga tidak bersahabat, Selain itu konsumen juga butuh meningkatkan imun tubuh, dengan demikian maka pasar tani inilah yang menjembataninya.
“Dengan dibuat paket-paket yang disalurkan ke masyarakat, dalam satu hari bisa ribuan paket. Walaupun Covid, permintaan masih banyak. Orang lain lockdown, namun permintaan masih saja terus mengalir. Inilah pentingnya koordinasi dan komunikasi dengan pembina pasar tani dan bahkan jemput bola untuk memenuhi permintaan ini. Intinya pasar tani sangat membantu untuk kelancaran pemasaran kami,” tutur Titi.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Jumhana mengatakan bahwa untuk komoditas hortikultura, dengan adanya covid-19 ini tidak terlalu berdampak. Permintaan sayur-sayuran terus mengalir.
“Apalagi dengan pasar tani, produk petani dibuat paket-paket murah meriah. Petani terbantu dan kebutuhan konsumenpun dapat terpenuhi. Kita bantu juga suplai produk petani ke pasar," ujar Jumhana.
Saat menghadiri, Sekretaris Ditjen Hortikultura Retno Sri Hartati Mulyandari menyampaikan bahwa pasar tani ini harus menggurita di seluruh Indonesia. Keberadaannya menjadi solusi paling tepat di saat pandemi ini.
“Kita bantu petani dalam mendistribusikan produknya. Kita bantu petani untuk sewa gudang penyimpan produk hortikultura sebelum dibawa ke pasar. Sifat produk hortikultura yang cepat rusak, juga membutuhkan mesin berpendingin sederhana di beberapa lokasi pasar tani. Bahkan petani pun dilatih untuk mengolah produknya sehingga tidak ada lagi produk yang terbuang di saat overproduksi termasuk menyiapkan alat pengolahannya,” pungkasnya.