EKBIS.CO, BRUSSELS -- Google Alphabet berencana membayar media di seluruh dunia untuk konten berita senilai 1 miliar dollar AS setara dengan Rp 14,8 triliun selama tiga tahun ke depan. Langkah itu dinilai dapat membantunya untuk memenangkan dukungan dari kelompok kuat di tengah pengaturan pengawasan yang meningkat di seluruh dunia.
Media telah lama berjuang untuk mendapatkan kompensasi dari mesin pencari paling populer di dunia itu atas penggunaan kontennya. Kelompok media Eropa memimpin tuntutan tersebut.
CEO Sundar Pichai mengatakan produk baru bernama Google News Showcase akan diluncurkan pertama kali di Jerman. Produk itu telah mendaftar sejumlah surat kabar Jerman termasuk Der Spiegel, Stern, dan Die Zeit, serta di Brasil dengan Folha de S Paulo, Band, dan Infobae.
Program ini akan diluncurkan di Belgia, India, Belanda, dan negara-negara lain. Sekitar 200 media di Argentina, Australia, Inggris, Brasil, Kanada, dan Jerman telah mendaftar untuk produk tersebut.
"Komitmen keuangan ini, yang terbesar dari kami hingga saat ini, akan membayar media untuk membuat dan mengurasi konten berkualitas tinggi untuk beragam jenis pengalaman berita online," kata Pichai dalam sebuah posting blog dilansir Reuters, Kamis (1/10).
Induk Google, Alphabet, melaporkan laba bersih 34,3 miliar dollar AS arau Rp 507,6 triliun dari pendapatan hampir 162 miliar dollar AS atau Rp 2,3 kuadriliun tahun lalu. Produk tersebut, yang memungkinkan media untuk memilih dan mempresentasikan ceritanya, akan diluncurkan di Google News pada perangkat Android dan kemudian pada perangkat Apple.
"Pendekatan ini berbeda dari produk berita kami yang lain karena bergantung pada pilihan editorial yang dibuat oleh masing-masing media tentang berita mana yang akan ditunjukkan kepada pembaca dan bagaimana cara menyajikannya," kata Pichai.
Penerbit Jerman Grup Spiegel menyambut baik program tersebut. "Dengan News Showcase dan integrasi baru konten editorial seperti dari Spiegel, Google menunjukkan bahwa mereka serius dalam mendukung jurnalisme berkualitas di Jerman. Kami senang menjadi bagian darinya sejak awal," kata Stefan Ottlitz, direktur pelaksana Spiegel Group.
European Publishers Council (EPC), yang beranggotakan News UK, Guardian, Pearson, New York Times dan Schibsted, tampak tidak antusias.
"Dengan meluncurkan sebuah produk, mereka (Google) dapat menentukan syarat dan ketentuan, merusak undang-undang yang dirancang untuk menciptakan kondisi untuk negosiasi yang adil, sambil mengklaim bahwa mereka membantu mendanai produksi berita," kata Direktur Eksekutif EPC Angela Mills Wade.
Produk ini dibuat berdasarkan kesepakatan lisensi dengan grup media di Australia, Brasil, dan Jerman pada bulan Juni, yang juga tidak mendapat sambutan hangat dari EPC. Google sedang bernegosiasi dengan sejumlah media Prancis, salah satu kritikusnya yang paling vokal.
Sementara itu, Australia ingin memaksa Google dan Facebook untuk berbagi pendapatan iklan dengan grup media lokal. Pendanaan Google untuk organisasi berita telah membuat frustrasi layanan internet lainnya, seperti situs cuaca, yang mengatakan Google telah mengganggu pendapatan situs itu.