EKBIS.CO, JAKARTA -- Seperti layaknya menggunakan masker yang penting saat pandemi hingga muncul slogan ‘Amanku Amanmu Juga’, ini juga berlaku dalam digitalisasi. Sebab setelah Indonesia juga dilanda pandemi Covid-19, sebagian besar kegiatan beralih dengan cara digital dan sangat bergantung dengan teknologi.
Salah satu platform digital ride hailing di Indonesia, Gojek juga berusaha untuk mengupayakan keamanan digitalnya agar memberikan keamanan juga bagi penggunanya. “Untuk memastikan keamanan dalam aktivitas online, ada kata bersama di sini yang menjadi kunci, keamanan digital itu butuh upaya bersama,” kata Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita dalam webinar yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Rabu (30/9).
Nila menjelaskan, dalam keamanan digital terdapat tiga unsur utama yang terlibat yaitu produk, proses, dan people. Dia memastikan, produk dan proses sudah menjadi upaya Gojek dalam menerapkan inovasi teknologi dengan keamanan cyber berstandar global.
“Kami didukung dengan keamanan platform bernama Gojek Shield,” tutur Nila.
Elemen ketiga yakni people, Nila menuturkan keamanan digital sangat bergantung kepada tingkat pemahaman pengguna. Sayangnya, lanjut Nila, tingkat pemahaman tersebut masih berada di level dasar.
“Tidak semua pengguna platform paham kejahatan digital yang memanfaatkan kelengahan pengguna,” ujar Nila.
Untuk itu, Nila menilai pemahaman pengguna dalam masa digitalisasi sangat penting. Terlebih, dalam kondisi pandemi, teknologi memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat agar tetap produktif dan menopang bisnis agar tetap berjalan.
VP Information Security Gojek Hana Abriyansyah mengakui semenjak kondisi pandemi, aktivitas digital meningkat dengan adanya kebiasaan baru bekerja dan belajar dari rumah. Di sisi lain, Hana menuturkan dengan tingginya aktivitas digital juga bisa menyebabkan kejahatan cyber meningkat.
Hana memaparkan sejak pandemi pada Maret hingga Agustus 2020, lebih dari 250 merchant baru bergabung dengan GoFood, Sebanyak 43 persen dari total tersebut merupakan pebisnis pemula dan yang sebelumnya hanya memiliki usaha secara konvensional. Lalu 94 persen mitra GoFood adalah skala UMKM.
Untuk itu, Hana memastikan Gojek mengantisipasi semua peningkatan itu dengan menerapkan sejumlah teknologi. Begitu juga dengan edukasi meningkatkan keamanan pengguna maupun mitra driver dan merchant.
Hana menuturkan dalam adaptasi penggunaan digital terdapat program aman bersama Gojek. Hana mengatakan terdapat tiga pilar utama yakni teknologi, edukasi, dan proteksi.
Hana mengatakan, Gojek manfaatkan teknologi baru untuk mendukung peningkatan keamanan dan melakukan edukasi bersama stakeholders terkait dan pemerintah. Hana menambahkan, proteksi juga menjadi prioritas Gojek kepada pengguna dan mitranya.
Head of Merchant Platform Business Gojek Novi Tandjung juga memastikan terus melengkapi kemudahan para pelaku UMKM dalam meningkatkan kompetensi keamanan digital. Novi menuturkan, aplikasi GoBiz untuk mitra usaha Gojek telah dilengkapi berbagai fitur keamanan.
Novi menjelaskan, dalam aplikasi GoBiz memiliki fitur verifikasi PIN validasi terhadap pengemudi yang mengambil pesanan. Begitu juga dengan fitur pengaturan peran pengguna untuk akses pemilik, manajer, dan kasir. Begitu juga fitur konfirmasi sebagai pemilik untuk verifikasi kepemilikan data.
“Seluruh upaya inovasi teknologi Gojek dan edukasi kompetensi keamanan digital diharapkan dapat mendukung mitra dalam melindungi keamanan data pribadi dan data usaha,” ungkap Novi.
Sementara itu, peneliti Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Seno Hartono mengingatkan kompetensi keamanan teknologi digital di masa pandemi sangat dibutuhkan. Hal tersebut menurut Tony sangat dibutuhkan untuk melawan manipulasi psikologis.
Selama pandemi, Tony menuturkan riset memunculkan 92 persen konsumen melakukan belanja digital, sebanyak 85 persen konsumen menggunakan jasa pengiriman makanan ke rumah, dan 67 persen melakukan belanja kebutuhan pokok secara daring.
“Jadi semua kegiatan dilakukan digital. Di luar dari sini ada banyak kegiatan online cukup meningkat misalnya belajar jarak jauh secara daring,” ungkap Tony.
Tony mengatakan, tingkat ketergantungan terhadap platform digital sangat tinggi. Tony menuturkan, dikarenakan semua kegiatan masuk ke digital sehingga membutuhkan suatu ekosistem.
“Perlu kredibilitas platform digital yang aman. Sebelum pandemi juga keamanan menjadi faktor utama dalam membuat platform digital, sekarang lebih tinggi lagi,” jelas Tony.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan penggunaan internet menunjukkan peningkatan hingga 40 persen. Selain itu, akses yang biasanya didominasi dari kawasan perkantoran kini didominasi dari kawasan pemukiman.
Tony mencatat, kejahatan cyber termasuk penipuan rekayasa sosial juga meningkat terutama menyasar pembelanjaan barang medis dan kebutuhan sehari-hari. “Pengetahuan yang minim mengenai keamanan daring, memperbesar potensi kejahatan penipuan berteknik manipulasi psikologis (magis),” ujar Tony.
Teknik manipulasi psikologis, kata Tony, merupakan teknik lama yang menyasar pengguna yang kurang waspada dalam bertransaksi daring. Selain itu memancing korban untuk memberikan informasi pribadi seperti nomor rekening, nomor kartu ATM bahkan bisa sampai password dan nama ibu kandung.
“Sekarang mereka biasanya mengatasnamakan aplikasi tertentu atau lembaga tertentu, kalau dulu modusnya mama minta pulsa atau saudara sedang sakit,” ungkap Tony.
Direktur Jenderal Aptika Kementerian Komunikasi dan Informarika (Kominfo) Semuel Pangerapan juga mengatakan, data yang diterima selama pandemi menunjukkan adanya peningkatan penggunaan akses internet dan pemanfaatan teknologi informasi. Hal tersebut menurut Semuel untuk menunjang aktivitas harian masyarakat dan kami perkirakan pemanfaatan internet akan terus meningkat seiring memasuki tatanan kehidupan baru saat Covid-19.
Untuk itu, Semuel menegaskan, kepercayaan publik kepada platform digital penting untuk dijaga dan ditingkatkan. Semuel memastikan Kominfo bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi isu keamanan platform digital.
“Masyarakat juga dapat cek hoaks melalui situs resmi Kominfo. Kami terus menerus mengimbau masyarakat untuk menjaga kerahasiaan data pribadinya,” tutur Semuel.