EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota holding Pupuk Indonesia Group, PT Petrokimia Gresik, mempersiapkan diri apabila pemerintah mencabut penugasan subsidi untuk para petani. Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo mengatakan perusahaan sudah memiliki berbagai langkah startegis dalam menghadapi hal tersebut.
"Insya Allah kami siap, kami sudah punya roadmap ke arah situ," ujar Dwi dalam webinar MarkPlus Industry Roundtable: Agro Industry Perspective pada Selasa (13/10).
Dwi menyebut penghapusan penugasan subsidi menjadi tantangan bagi perusahaan. Perusahaan, kata Dwi, akan melakukan sejumlah kombinasi bisnis guna mengatasi tantangan tersebut.
Dwi mengatakan Petrokimia Gresik terus mengembangkan pemanfaatan Big Data yang dimiliki yang mana dapat mengintegrasikan customer interview, historical data, market survey, RDKK, data panen, PetroXfet yang merupakan aplikasi untuk mengetahui produk, hingga digital fertilizer untuk mengetahui kondisi pabrik secara real time.
Petrokimia Gresik, lanjut Dwi, juga memiliki 15 unit mobil uji tanah di delapan provinsi yang bisa menganalisa kondisi tanah. "Big data ini memang belum terintegrasi penuh, tapi kami punya rencana program big data kami terintegrasi sehingga ada real time data," ucap Dwi.
Dwi menyampaikan perusahaan juga sudah memiliki target jangka pendek, menengah, dan panjang dalam upaya transformasi ke depan. Dwi menyebut langkah transformasi yang dilakukan perusahaan dengan meningkatkan pengembangan teknologi dan mendorong efisiensi. Tak hanya itu, perbaikan SDM juga menjadi salah satu fokus perusahaan.
"Kami menjembatani SDM dengan digital learning, kita bisa memotong proses (pelatihan) kepada karyawan lewat digital seperti ini," kata Dwi.
Dwi menilai transformasi sudah menjadi keharusan bagi perusahaan untuk dapat bersaing ke depan. Dwi mengatakan upaya transformasi juga harus dilakukan dengan konsisten.
Dwi mengatakan transformasi menjadi upaya bagi perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan kondisi terkini agar tetap memiliki prospek dan bisa tetap tumbuh serta berkembang.
"Kalau tidak tumbuh dan berkembang artinya perusahaan walaupun besar kapasitasnya, tinggi pendapatannya, tapi perusahaan itu mengarah pada kematian, bisa pelan-pelan atau mendadak. Seperti saat pandemi dipaksa berubah, pedushant yang tidak bisa mengikuti akan kolaps," ungkap Dwi.