EKBIS.CO, JAKARTA -- Penyerapan gabah setara beras oleh Perum Bulog tembus 1,02 juta ton. Realisasi tersebut setara 72,9 persen dari target Bulog tahun ini sebanyak 1,4 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal, mengatakan, proses penyerapan hingga saat ini masih terus berlangsung meskipun tengah memasuki masa musim tanam. Dengan kata lain, masih terdapat produksi beras petani dengan harga yang normal sesuai aturan pemerintah untuk pembelian gabah.
"Selama masih ada stok, kita terus melakukan penyerapan untuk menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Rabu (21/10).
Ia menambahkan, target serapan beras sebanyak 1,4 juta ton hanya sebatas estimasi. Sebab, yang diutamakan adalah stabilisasi harga gabah di tingkat petani serta volume persediaan beras Bulog yang harus tersedia dalam rentang 1-1,5 juta ton. Adapun saat ini, pasokan beras yang masih tersedia masih sekitar 1,2 juta ton.
Bulog saat ini tengah mendapatkan penugasan penyaluran bantuan sosial beras sebanyak 450 ribu ton kepada 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Adanya penugasan tersebut pun dinilai memberikan angin segar kepada Bulog karena memiliki ruang untuk kembali melakukan penyerapan beras petani dan disimpan di gudang.
"Tugas kita intinya mengamankan harga di hulu dan hilir dan ukuran harganya sesuai aturan Kementerian Perdagangan," ujarnya.
Seiring dengan adanya anomali iklim La Nina, Awaluddin mengatakan Bulog akan mempersiapkan langkah mitigasi untuk mengamankan ketersediaan pangan pokok bagi masyarakat. Bulog, kata dia, telah menyiapkan cadangan beras pemerintah di semua wilayah dengan alokasi 100 ton per kabupaten/kota dan 200 ton untuk level provinsi.
Selanjutnya, jalur logistik beras ke semua wilayah yang berpotensi terjadi bencana telah dimitigasi agar proses distribusi tetap berjalan. "Jadi itu konsentrasi Bulog terkait potensi bencana La Nina, tentu Bulog juga akan amankan seluruh aset seperti gudang penyimpanan agar tetap beroperasi," ujarnya.
Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menambahkan, kegiatan penyerapan beras memang harus terus dilakukan tanpa putus. Sebab, penyerapan beras oleh Bulog memiliki dampak psikologis terhadap harga yang biasa dipermainkan oleh tengkulak.