EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri pariwisata halal domestik beradaptasi dengan berbagai macam cara dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Riyanto Sofyan mengatakan industri mencoba bertahan meski banyak sekali yang tumbang.
"Saat pertama pandemi menyerang, kita terjun ke nilai nol hanya dalam dua pekan," katanya dalam International Conference on Muslim Friendly Tourism yang merupakan rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2020, Kamis (29/10).
Sepanjang masa pandemi, industri banting setir untuk tetap bisa berdiri. Meski puluhan ribu hotel, akomodasi, tempat wisata terpaksa tutup dan merumahkan ribuan karyawan. Kini berbagai inisiatif telah ditelurkan, mulai dari penjualan suvenir secara online hingga mendedikasikan lini bisnis untuk program pemerintah.
Riyanto menyebut, industri biro perjalanan membuat berbagai produk bundling, hotel-hotel menjual makanan beku, hingga produk khas daerah, menyediakan keperluan terkait mitigasi risiko Covid-19, menyewakan aset kendaraan, menyediakan virtual tour, menjadikan kantor jadi cafe, hotel menyediakan coworking space, tempat karantina, dan lainnya."Kita harus mengubah strategi agar bisa melewati masa krisis," kata Direktur SofyanCorp. ini.
Penurunan di sektor pariwisata memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap perekonomian. Berbagai proyeksi dan target pun direvisi ke bawah seperti target wisatawan, pendapatan devisa, perjalanan wisata domestik, dan wisata ramah muslim.
Penerimaan wisatawan global yang awalnya diproyeksi capai 22,3 juta pada 2024 diturunkan jadi 17 juta orang. Sementara wisatawan muslim turun dari proyeksi enam juta orang menjadi 3,3 juta orang pada 2024.
Pada 2019, wisatawan mancanegara muslim mencapai 3,2 juta orang dengan total pengeluaran 3,8 miliar dolar AS. Sementara wisatawan muslim domestik mencapai 252,9 juta orang dengan total pengeluaran 17,4 miliar dolar AS atau Rp 255,6 triliun.