EKBIS.CO, SEOUL – Ekspor Korea Selatan turun kembali ke level kontraksi pada Oktober. Libur Chuseok atau hari libur nasional di Korea Selatan yang memotong hari kerja menjadi penyebab utamanya.
Tapi, penjualan chip dan mobil tetap menguat, menurut data pemerintah yang disampaikan pada Ahad (1/11). Seperti dilansir di Reuters, Ahad (1/11), ekspor Negeri Ginseng Bambu turun 3,6 persen dari tahun sebelumnya menjadi 44,98 miliar dolar AS. Kinerja ini merosot dibandingkan pertumbuhan 7,6 persen pada September yang menjadi ekspansi pertama sejak Februari dan kenaikan tercepat dalam 23 bulan.
Tapi, ekspor harian rata-rata mencatatkan ekspansi pertama dalam sembilan bulan dengan kenaikan 5,6 persen. Data ini menggambarkan, ekonomi terbesar keempat di Asia tersebut sedang dalam masa pemulihan yang moderat.
Data perdagangan bulanan Korea Selatan, yang pertama dirilis di antara negara-negara pengekspor utama, dianggap sebagai penentu arah perdagangan global.
Kepala Ekonom HI Investment & Securities Park Sang Hyun menjelaskan, kontraksi pada kinerja ekspor Korea Selatan tidak dapat dihindari karena hari kerja yang lebih sedikit. Tapi, tingkat penurunannya lebih baik dibandingkan prediksi para ekonom. "Itu menunjukkan, pemulihan ekspor telah bertahan, setidaknya hingga Oktober," ujarnya.
Kementerian Perdagangan mengatakan, pengiriman semikonduktor dan mobil masing-masing naik 10,4 persen dan 5,8 persen. Secara harian, rata-rata dua komoditas itu melonjak 20,9 persen dan 15,9 persen.
Pengiriman produk ekspor ke mitra negara Korea Selatan mengalami tren bervariasi. Pengiriman ke Cina, mitra dagang terbesar Korea Selatan, turun 5,7 persen karena libur hari nasional delapan hari. Tapi, ketika menghilangkan efek kalender, ekspor tetap naik 3,2 persen.
Di sisi lain, ekspor ke Amerika Serikat dan Uni Eropa naik 3,3 persen dan 9,5 persen. Masing-masing melonjak 13,1 persen dan 19,9 persen tiap harinya.
Meski kinerja ekspor Korea Selatan mencatatkan positif, ekonom menilai masih ada hambatan ke depan. Khususnya mengenai kebijakan lockdown di Eropa akibat lonjakan kasus virus corona secara global. Hal ini berpotensi mengganggu permintaan luar negeri untuk barang-barang Korea Selatan nantinya.
Park menuturkan, pengiriman Uni Eropa pada Desember sampai Januari menjadi kekhawatiran terbesar, mengingat adanya jeda waktu dalam pengiriman ekspor. "Tapi, ekspor ke Cina kemungkinan akan pulih dan dapat mengimbangi penjualan yang lesu ke Uni Eropa," tuturnya.
Pelemahan juga ditunjukkan pada impor. Kinerja impor bulan lalu turun 5,8 persen, kontras dengan kenaikan 1,6 persen pada bulan sebelumnya. Hal ini menyebabkan neraca perdagangan Korea Selatan sebesar 5,98 miliar dolar AS, lebih kecil dibandingkan 8,70 miliar dolar AS pada September.