EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro mengatakan, transformasi ekonomi Indonesia ke depan harus berbasis pengetahuan. Saat ini, Indonesia masih masuk ke kategori dengan keterbatasan pengelolaan potensi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan inovasi.
"Artinya, masih sangat berat ketergantungan kita dengan sumber daya alam (SDA) dan masih berkarakter sebagai ekonomi ekstraktif," kata Bambang, saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi Harmonisasi Triple Helix, disiarkan secara daring, Kamis (5/11).
Negara dengan ekonomi ekstraktif artinya adalah Indonesia kebanyakan menggantungkan perekonomiannya dengan mengambil SDA kemudian menjualnya. Bambang mengatakan, cara ini akhirnya hanya memberikan nilai tambah yang relatif rendah. Akhirnya, perekonomian di Indonesia tidak bisa meningkat secara signifikan.
Terkait hal ini, menurutnya, hal yang perlu didorong adalah transformasi Indonesia menjadi bangsa inovatif. Indonesia harus menguasai iptek secara mandiri dan memiliki daya saing global.
"Kelihatannya mudah diucapkan tapi tidak mudah diimplementasikan," kata Bambang menambahkan.
Walaupun tidak mudah dilakukan, Bambang mengatakan transformasi ini harus terus ditingkatkan. Sebab, dari sejarah perekonomian dunia sampai saat ini, bangsa yang lolos dari pendapatan kelas menengah adalah negara yang mengedepankan inovasi sebagai daya dorong perekonomian.
Negara-negara di Eropa Barat, Asia Timur, dan Amerika Utara saat ini menguasai perekonomian dunia dengan mengedepankan sektor manufaktur. "Di Indonesia, kita harus fokus pada inovasi juga di manufaktur, tapi tetap memperhatikan kelebihan kita kembali lagi pada sumber daya alam dan biodiversitas," kata dia lagi.