EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) siap mendukung perusahaan rintisan (startup) lokal untuk menembus pasar ekspor dengan terus memberikan pelatihan pendampingan bagi pelaku usaha.
"LPEI akan membantu siapapun yang ingin menjadi eksportir. Dalam kerangka bisnis milenial, LPEI mendorong startup menjadi UKM yang stabil hingga menjadi pengusaha yang berorientasi ekspor," kata Direktur Pelaksana II LPEI Djoko Retnadi dalam keterangan di Jakarta, Senin (16/11).
Djoko menuturkan, LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan, memiliki tugas antara lain memberi pembiayaan baik di luar negeri, dalam negeri, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi.
Salah satu program Jasa Konsultasi yang dimiliki LPEI yakni Coaching Program for New Exporters (CPNE) yang merupakan program pemberian pelatihan bagi calon eksportir mengenai kegiatan ekspor secara keseluruhan. Dari mulai penjelasan tentang bisnis ekspor, mendampingi hingga bisa ekspor secara langsung atau mandiri.
"Jasa konsultasi sejak 2015 hingga September 2020 sudah menciptakan 59 eksportir baru, membantu 240 usaha menengah berorientasi ekspor untuk masuk global marketplace, meningkatkan pengembangan kapasitas dalam bentuk program Desa Devisa, termasuk membantu 17 pengembangan komunitas," ujar Djoko.
Tahap berikutnya, program CPNE LPEI akan di selenggarakan secara virtual berupa kursus untuk calon eksportir baru, pelatihan ekspor tematik, melakukan pertemuan daring bagi alumni CPNE dan pelatihan ekspor rutin. Diharapkan dengan digitalisasi CPNE, LPEI dapat menjangkau peserta hingga seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu Program Jasa Konsultasi LPEI juga melakukan program Marketing Handholding (MH) yang memberikan pendampingan intensif untuk pemasaran produk UKM mitra binaan LPEI guna membuka pasar luar negeri dan meningkatkan nilai ekspor.
Program ini pun sudah berhasil dimana pada tahap pertama Program MH pada tahap pertama, terdapat 44 UKM klaster rempah-rempah, buah dan sayur, serta kelapa dan turunannya. Adapun produk itu ditawarkan melalui Marketplace seperti Alibaba.com.
Selanjutnya pada Program MH tahap dua, sudah terdapat 20 UKM klaster kerajinan tangan dan furnitur, juga dipasarkan di Marketplace Alibaba.com. Dan pada Program MH tahap ketiga, ada 30 UKM klaster kopi, teh, cokelat, makanan dan minuman dengan marketplace Tradekey.com.
Untuk memudahkan para calon eksportir dalam melihat peluang pasar di luar negeri dan sebagai bagian dari promosi ke luar negeri, LPEI telah membuat e-katalog mitra binaan orientasi ekspor. E-katalog 2018 sudah berisi 130 mitra binaan. Untuk 2019 dan 2020 masih dilakukan inventarisasi.
"LPEI terbuka dan siap mendukung individu, usaha kecil menengah, untuk menjadi pengusaha yang mampu menembus pasar ekspor. Karena menjadi entrepreneur lebih baik daripada menjadi pegawai," kata Djoko.
Pemilik Klinik Kopi Yogyakarta, Firmansyah, atau akrab disapa Pepeng, menambahkan, bagi mereka yang baru merintis usaha, harus memiliki prinsip bisa memberikan hal baru, inovasi baru, layanan baru, sehingga produk dan layanan bisa diterima konsumen dan pasar. Apalagi persaingan semakin ketat.
"Janganlah jadi follower, tapi jadilah pelopor. Dan janganlah mengikuti tren, tapi ciptakanlah tren, karena perang harga bukanlah penentu dalam persaingan," ujar Pepeng.
Ia menambahkan, hal lain yang perlu juga dikelola oleh mereka yang baru merintis usaha adalah selalu melakukan improvisasi dan evaluasi dari setiap produk layanan yang sudah diluncurkan ke pasar. Hal itu menjadi penting untuk melihat, apakah tren konsumen sudah berubah, atau justru ada peluang baru dari perubahan tren yang terjadi di masyarakat yang berpeluang untuk dikembangkan menjadi produk baru atau layanan baru.
"Bagi startup, mereka yang baru memulai usaha, harus berani membuat produk berbeda, out of the box, selalu melakukan inovasi dan menekan pengeluaran serta efisiensi agar mampu bersaing," katanya.