EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah menyalurkan kredit di atas rata rata penyaluran kredit perbankan nasional pada kuartal tiga 2020. Per September kredit tumbuh 4,86 persen year on year (yoy), sedangkan pada kurun waktu yang sama pertumbuhan kredit industri sebesar 0,12 persen yoy.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, salah satu penopang pertumbuhan kredit berasal dari segmen mikro yang mampu tumbuh 8,91 persen.
“Salah satu faktor yang mengakselerasi pertumbuhan tersebut adalah penyaluran KUR Super Mikro, ditujukan untuk pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau ibu rumah tangga yang menjalankan usaha produktif,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (23/11).
Menurutnya, plafon maksimal KUR Super Mikro sebesar Rp 10 juta dengan suku bunga bunga enam persen. Per Desember, debitur super mikro memperoleh stimulus subsidi bunga tambahan sebesar enam persen sehingga debitur tidak perlu membayar angsuran bunga pinjaman.
“Nasabah KUR Super Mikro diharapkan mendapat keringanan, sehingga meningkatkan aktivitas ekonomi guna mengakselerasi pemulihan perekonomian nasional. Keberadaan KUR Super Mikro menjadi komplementer dari banpres produktif usaha mikro (BPUM) sebesar Rp 2,4 juta yang juga ditujukan untuk UMKM,” jelasnya.
Supari menyebut, dalam tempo dua bulan BRI berhasil menyalurkan KUR Super Mikro senilai Rp 6 triliun dengan customer berjumlah, lebih dari 700 ribu nasabah.
“Dari mana itu terjadi? Karena BRI aktif dan mempunyai peran utama di dalam penyaluran stimulus pemerintah. Dari stimulus itu kita dapat data base yang sangat besar dan data tersebut diolah dan dimanfaatkan menjadi pipeline bisnis teman-teman mantri BRI yang di lapangan sana. Ini salah satu upaya BRI menemukan sumber pertumbuhan baru,” ucapnya.
Salah satu nasabah yang menikmati fasilitas pinjaman KUR Super Mikro yakni Meta Yuliana Pratiwi (28) yang sebelumnya berprofesi sebagai sales promotion girl (SPG) lintas acara. Namun akibat pandemi, dirinya harus diberhentikan dari pekerjaannya.
Alhasil, perempuan asli Jakarta ini harus memutar otak agar bisa bertahan hidup di tengah pandemi. Hingga akhirnya, mulai Mei 2020, Meta memberanikan diri membuka usaha bidang kuliner. Dia mulai membuat makanan beku siap masak (frozen food) dengan merek “Ngunyah Kuy!”.
Hingga lima bulan menggeluti bisnis makanan beku, Meta masih belum terpikir untuk memperluas usaha atau permodalannya melalui pinjaman ke bank. Dia lantas kesulitan karena harus mengandalkan omzetnya setiap hari untuk diputar sebagai modal belanja kebutuhan usaha.
Kesulitan Meta perlahan sirna setelah dia mendapat informasi dari seorang pelanggan ihwal program kredit usaha rakyat (KUR) Super Mikro dari BRI. Setelah mengetahui adanya program KUR Super Mikro, Meta langsung mengurus perizinan usahanya.
“Saya sebelumnya tidak pernah berhubungan dengan bank, belum pernah ambil kredit atau punya kartu kredit dari bank. Nah untung BRI punya program ini dan proses pengajuannya sederhana. Saya dibantu pelanggan sampai akhirnya BRI mencairkan pinjaman KUR per Oktober lalu,” ucapnya.
Dia merasa sangat terbantu dengan pinjaman dari BRI. Selain karena bunganya terjangkau, Meta juga bisa memperoleh fasilitas KUR Super Mikro tanpa agunan. Meta juga mendapat fasilitas pembebasan angsuran pinjaman hingga Desember 2020.
Dari sisi lain, Supari juga menjelaskan strategi lain terkait pengembangan UMKM khususnya segmen mikro. Adapun strateginya adalah bagaimana menumbuh-kembangkan nasabah-nasabah yang sudah ada.
“Hari ini kita terus melakukan pemberdayaan dan terus membuka akses baru, khususnya terkait dengan bagaimana gerakan ekonomi grassroot ini semakin berputar lebih cepat di tengah pandemi,” ucapnya.