EKBIS.CO, SYDNEY – Ekonomi Australia tumbuh sebesar 3,3 persen pada kuartal ketiga. Realisasi ini menggambarkan ekonomi yang pulih setelah mengalami resesi pertamanya dalam hampir tiga dekade saat pulih dari guncangan terkait pandemi.
Meski membaik, Bendahara Australia Josh Frydenberg menjelaskan, negara masih punya banyak alasan untuk memperbaiki penurunan akibat virus corona. "Resesi Australia mungkin sudah berakhir, tapi pemulihan ekonomi Australia belum," tuturnya, seperti dilansir di AP, Rabu (2/12).
Ekonomi Australia tercatat mengalami kontraksi 3,8 persen pada laju tahunan atau year on year (yoy). Tren ini mengikuti penyusutan PDB sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama yang dilanjutkan dengan rekor hingga minus tujuh persen pada periode April hingga Juni.
Tapi, Frydenberg menyebutkan, ekonomi Australia menunjukkan ketahanannya yang luar biasa. Australia pun dinilainya berada dalam posisi yang sama baiknya dengan negara lain di dunia. "Neraca nasional saat ini menunjukkan situasi maju yang besar dalam pemulihan ekonomi Australia," ujarnya.
Sebelum tahun ini, Australia berhasil menghindari resesi selama 28 tahun. Perekonomian tumbuh bahkan selama krisis keuangan global berkat permintaan yang kuat untuk ekspor mineral Australia dan sektor domestik yang kuat.
Saat ini, Australia menghadapi tantangan perdagangan baru di tengah hubungan yang sulit dengan China, mitra dagang terbesarnya. Frydenberg menjelaskan, situasi dengan China kini sangat serius, namun pemerintahannya berfokus pada kesepakatan dengan negara lain di Asia dan sekitarnya.
Frydenberg menuturkan, Australia memiliki tingkat produksi yang bagus dengan sektor jasa baik. Australia juga mempunyai sektor sumber daya yang mumpuni. Dengan berbagai potensi ini, ia optimistis terhadap peluang bagi eksportir mereka di seluruh dunia.
Hubungan Australia dengan China diketahui memburuk pada pekan ini. Seorang pejabat China men-tweet gambar palsu dari seorang tentara Australia yang tersenyum sembari memegang pisau berlimuran darah ke tenggorokan seorang anak.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyebut gambar itu 'menjijikkan' dan menuntut permintaan maaf dari pemerintah China. Tapi, China belum mundur.
Postingan tersebut diketahui menargetkan dugaan pelanggaran oleh tentara elit Australia selama konflik di Afghanistan.
Ketegangan kedua negara meningkat tahun ini sejak pemerintah Australia menyerukan penyelidikan independen tentang asal usul pandemi. China telah memberlakukan tarif dan pembatasan lain pada sejumlah ekspor Australia.