Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
China termasuk salah satu pemain unggul di bidang mata uang digital nasional. Buktinya, Bank Rakyat China jadi bank sentral pertama yang menguji coba masif DCEP (Mata Uang Digital/Pembayaran Elektronik) alias yuan digital.
Yuan digital bertujuan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran Chuna, meningkatkan pemantauan transaksi keuangan secara tepat waktu sehingga bisa memerangi penipuan, penggelapan pajak, dan pencucian uang. Tak hanya itu, sejumlah pihak menilai, yuan digital pun berpotensi memperkuat renmibi sebagai alternatif dari dolar AS dalam pembayaran internasional.
Namun, butuh beberapa waktu bagi yuan digital untuk menggeser dominasi dolar AS. "Sebab, ada sejumlah kelemahan di pasar keuangan China akan menghambat terwujudnya target tersebut dalam waktu dekat," tulis mantan Direktur Pelaksana Eksekutif di Institut Keuangan Internasional, Hung Tran, dilansir dari Atlantic Council, Rabu (2/12/2020).
Baca Juga: Akhirnya, Cryptocurrency Punya Facebook Akan Rilis pada Bulan ....
Baca Juga: 3 Kelebihan Mobil Pintar bagi Para Eksekutif Muda
Keunggulan Yuan DigitalÂ
Bank Rakyat China menerbitkan yuan digital melalui bank komersial, seperti yuan fisik. Setelah itu, mereka akan menjualnya kepada pengguna akhir yang memenuhi persyaratan.
Yuan digital pun akan tersimpan dalam dompet digital, seperti Alipay dan WeChat Pay. Yang unik, pembayaran yuan digital dapat berlangsung pula tanpa koneksi internet; memanfaatkan fitur NFC pada ponsel.Â
Fitur-fitur itu tentu mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi pembayaran dengan renmibi; yang saat ini berjalan lewat Sistem Pembayaran Antarbank Lintas Batas (CIPS) China.Â
CIPS meluncur pada 2015 guna memfasilitasi transaksi internasional yang melibatkan 1.023 peserta dari 96 negara.Â
Sementara di tingkat global, ada layanan bernama SWIFT untuk mengirim uang antarbank seluruh dunia.Â
Mampukah Yuan Digital Mau Geser Dominasi Dolar Amerika?
Negara yang terkena sanksi AS, seperti Rusia, Iran, dan Venezuela melakukan transaksi perdagangan dan investasi menggunakan yuan. Jika mereka memutuskan menggunakan yuan digital, maka mereka akan mendapatkan keuntungan dari fitur-fitur yuan digital.
Di sisi lain, menurut Tran, "China bisa mencatatkan 20% penggunaan yuan digital dalam transaksi perdagangan internasional; memperluas penggunaan renmibi dengan cara terkendali, sebab Bank Rakyat China dapat menyaring pihak-pihak yang berpartisipasi dalam jaringan yuan digital."
Pertanyaannya, di luar tiga negara tersebut, bagaimana meyakinkan komunitas internasional agar mau memilih yuan daripada dolar AS dan mata uang lain di SWIFT? Asal tahu saja, ada 11 ribu lembaga keuangan di 200 negara yang termasuk di dalamnya.Â
"Apalagi, banyak negara yang khawatir tentang keamanan privasi sistem yuan digital. Belum lagi, masalah lain seperti konvertibilitas renmibi, serta pasar keuangan dan kerangka peraturan yang relatif terbelakang di China," jelas Tran.
Untuk masalah terakhir, Tran menilai China telah mengambil langkah demi memudahkan investasi asing. Khususnya, lewat program Bond and Stock Connect yang memungkinkan orang asing membeli/menjual sekuritas domestik tanpa rekening perantara lokal.
Singkatnya, yuan digital akan meningkatkan efisiensi penggunaan renmibi dalam transaksi internasional. Namun, karena kurangnya konvertibilitas mata uang yuan dan kelemahan pasar keuangan China, yuan digital masih perlu beberapa waktu untuk menantang dolar AS, yang menyumbang sekitar 40% volume transaksi SWIFT VS 2% dari renmibi.