EKBIS.CO, JAKARTA -- Startup akuakultur, eFishery, mencatatkan peningkatan pendapatan hingga empat kali lipat dibanding pada 2020 sekaligus membantu petani ikan menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19. Adapun gross merchandise value (GMV) eFishery naik 287,2 persen.
Co-founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan selama ini pembudidaya ikan kesulitan mendapatkan modal usaha, keterbatasan pakan ritel, dan kendala dalam penyaluran hasil budidaya. eFisheryFund memberikan akses dan menghubungkan pembudidaya ikan secara langsung dengan institusi keuangan.
“Fitur utama dari eFisheryFund adalah Kabayan (Kasih Bayar Nanti), yaitu program cicilan yang dapat dimanfaatkan oleh para pembudidaya untuk memperoleh produk eFishery seperti eFisheryFeeder dan pakan ikan. Tahun ini, kami secara agresif mengoptimalkan lini bisnis selain eFisheryFeeder, yaitu eFisheryFund untuk akses terhadap pendanaan, eFisheryFeed untuk penyediaan pakan, dan eFisheryFresh untuk pendistribusian produk hasil budidaya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (22/12).
Menurutnya penyediaan pakan yang didukung oleh eFisheryFeed bekerja sama dengan berbagai merek pakan, sehingga pembudidaya memiliki lebih banyak pilihan. Sebanyak tiga ribu ton lebih pakan ikan dari berbagai merek telah didistribusikan melalui layanan ini.
“Selama 2020, eFisheryFund telah menjalin kerja sama dengan berbagai institusi keuangan, seperti BRI, Alami Sharia, dan Investree. Hingga saat ini, 800 lebih pembudidaya telah didukung oleh eFisheryFund dengan total pinjaman yang disetujui Rp 50 miliar,” ucapnya.
Gibran menyebut pembudidaya memiliki fleksibilitas dalam pengembalian pinjaman, karena eFisheryFund menawarkan tenor hingga enam bulan. Adapun skema ini banyak membantu pembudidaya yang usahanya nyaris tutup akibat pandemi.
“Kalau tidak ada Kabayan, usaha budidaya saya sudah tutup saat pandemi karena kehabisan modal,” ungkapnya.
Menurutnya pandemi Covid-19 membuat perekonomian Indonesia terpukul dan mengguncang sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), termasuk sektor perikanan budidaya. Pada awal pandemi ini, permintaan ikan turun 20 persen karena permintaan pasar turun, pasar hotel, restoran, dan kafe lesu, dan akses berpindah ke pasar online belum maksimal.
“eFishery fokus meningkatkan dampak sosial yang dapat membantu menjaga usaha para pembudidaya tetap berjalan. Salah satu langkah yang kami lakukan adalah dengan menarik ikan hasil panen pembudidaya dan mengolahnya menjadi produk beku demi menambah nilai jual dan memperpanjang masa konsumsi. Dengan demikian, hasil panen dapat disimpan lebih lama sehingga mengurangi risiko terbuangnya hasil panen,” ungkapnya.
Gibran menyebut melalui eFisheryFresh, ikan yang ditarik dari pembudidaya kemudian disalurkan ke berbagai saluran dengan jalur business to business (B2B). Selama 2020, sebanyak seribu lebih ton ikan telah ditarik dari puluhan kelompok tani dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain pendistribusian melalui jalur B2B, eFishery meluncurkan program BerIkan untuk Indonesia (Beri Ikan untuk Indonesia), sebuah aksi sosial yang dijalankan bekerja sama dengan WeCareId, Aksi Cepat Tanggap (ACT), dan Shafira Foundation.
“Gerakan ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 dengan memberikan paket bahan makanan berprotein tinggi berupa ikan segar yang diambil langsung dari pembudidaya,” ucapnya.
Menurutnya sebanyak 30 ton ikan telah didistribusikan ke 20 ribu lebih penerima, termasuk 10 ribu orang tenaga kesehatan di wilayah Bandung, Cimahi, dan Jakarta. Adapun melalui eFisheryPoint, dia menyatakan, pembudidaya dapat memperoleh berbagai informasi seputar teknologi budidaya perikanan dan juga berpartisipasi dalam kegiatan edukatif lainnya, seperti seminar peningkatan literasi finansial.
“Saat ini eFisheryPoint telah tersebar di 65 kota di Indonesia. Dalam satu tahun terakhir, inovasi eFishery telah membantu pembudidaya meningkatkan produksi sebesar 26 persen dan pendapatan 45 persen,” ucapnya.
Program ini disambut baik oleh pembudidaya “Di tengah wabah ini, kami mengalami kendala dalam serapan hasil panen. Kadang kami terpaksa jual rugi ke tengkulak. Program Tarik Ikan ini membantu usaha budidaya kami tetap berjalan,” ujar Pembudidaya Ikan Patin asal Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Kuncoro.