Sabtu 26 Dec 2020 07:18 WIB

Disiplin Kendalikan Pandemi Kunci China Pulihkan Ekonomi

Dari peringkat pertama, China kini berada di urutan ke-80 penambahan kasus Covid.

Red: Ratna Puspita
Sejumlah orang tua menjemput anaknya sepulang dari sekolah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada 20 November 2020.
Foto:

Lebih Cepat

Sejak Oktober, China sudah tidak lagi dihantui oleh wabah seperti saat Januari. Masyarakat beraktivitas seperti biasa. 

Moda transportasi umum, baik darat, udara, maupun laut, dipadati penumpang tanpa ada aturan jaga jarak. Namun, kewajiban memakai masker bersifat mutlak. 

Warung makan di gang-gang sempit, restoran, pasar, mal, taman terbuka, hotel, objek wisata, dan area publik lainnya bisa diakses tanpa batas selama pengunjung bisa menunjukkan health kit yang bisa dipindai melalui aplikasi di platform WeChat atau Alipay. Hanya pos-pos yang menjadi pintu masuk dari luar negeri atau luar wilayah daratan China yang pengamanannya berlapis-lapis juga kewajiban karantina selama 14 hari dan tes usap.

Pengetatan perbatasan itu secara tidak langsung menjadi "imun" tersendiri bagi masyarakat China. Karena itu, tidaklah mengherankan kalau mereka saat ini bebas bergerak ke mana pun selama wilayahnya tidak ditemukan kasus baru.

Kalau ada temuan kasus, maka lockdown diterapkan secara parsial dan tes usap dilakukan secara massal. Aktivitas masyarakat yang nyaris tanpa batas itulah yang menggerakkan roda perekonomian nasional.

Tidak mengherankan kalau Bank Dunia menganggap perekonomian China pulih lebih cepat daripada perkiraan. Laporan Bank Dunia yang dipublikasikan baru-baru ini mengaitkan peningkatan pertumbuhan dengan strategi pengendalian pandemi yang efektif di China didukung oleh kebijakan yang kuat dan ekspor yang tangguh.

Produk Domestik Bruto China tahun 2020 tumbuh 2 persen dan bergerak menuju 7,9 persen pada 2021. Bank Dunia layak mengapresiasi China dalam laporannya itu karena meskipun hanya 2 persen, yang perlu dicatat adalah pertumbuhan itu berawal dari minus 6 persen.

Namun, China masih menghadapi situasi di lingkungan eksternal yang sedang menghadapi tantangan berupa ketidakpastian. Bank Dunia dalam laporannya itu menyarankan bahwa dalam menghadapi ketidakpastian jangka pendek semua pihak harus mengadopsi kerangka kebijakan yang disesuaikan dengan kecepatan pemulihan, baik di China maupun di negara lain di dunia.

"Kebijakan prematur dan pengetatan yang berlebihan justru bisa menggagalkan pemulihan," demikian laporan Bank Dunia.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement