Catatan serupa juga disampaikan Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi. Ia menjelaskan, dinamika yang tinggi pada harga emas terjadi pada Agustus dan September. Pada Agustus, harga emas mencapai level 2.080 dolar AS per troi ons yang sekaligus menjadi level tertinggi.
Hanya selang sebulan, emas mencapai level terendah, yakni 1.740 dolar AS per troi ons. Mencuatnya informasi mengenai vaksin Covid-19 menyebabkan banyak orang beralih dari safe haven ke saham dan obligasi. Dampaknya, harga emas mengalami pelemahan.
"Artinya, harga emas tahun lalu itu rentan sekali. Ketika sudah mencapai level tertinggi dan setelah itu ada informasi vaksin, masyarakat langsung beralih ke instrumen lain," ucap Ibrahim kepada Republika.co.id, Jumat.
Ibrahim mengatakan, fluktuasi perjalanan harga emas mulai terjadi pada akhir kuartal pertama. Saat itu, Indonesia dan banyak negara lainnya mengalami kasus Covid-19 yang menyebabkan harus membatasi aktivitas perekonomian serta sosial.
Berbagai bank sentral, dari Amerika, Eropa dan China memutuskan menggelontorkan stimulus ke dunia usaha dan masyarakat dalam skala besar. Hal ini menyebabkan harga emas mengalami penguatan.
Fluktuasi terus terjadi hingga akhir tahun. Ibrahim menyebutkan, harga emas terpantau di bawah 1.900 dolar AS per troy ounce yang menunjukkan masih cenderung mengalami pelemahan. Penyebabnya, dinamika penambahan stimulus di Amerika yang masih belum berujung pada keputusan dan menjelang berakhirnya masa transisi Brexit.