EKBIS.CO, JAKARTA-- Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyatakan pengambilalihan Blok Rokan dari Chevron ke Pertamina yang secara resmi bakal terjadi pada tanggal 9 Agustus 2021, merupakan tonggak sejarah baru dalam sektor migas di Tanah Air.“Ini akan menjadi sejarah baru bagi pengelolaan hulu migas Indonesia, karena Pertamina menjadi dominan menguasai hampir sebesar 63 persen dari total produksi minyak nasional," kata Mulyanto dalam keterangan tertulis, Jumat (1/1).
Menurut dia, sekarang ini dari 10 KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama), kontribusi Pertamina terhadap total lifting nasional hanya sebesar 37 persen. Dengan pengambilalihan ini, lanjutnya, tanggung jawab Pertamina ke depannya bagi pengelolaan hulu minyak nasional dinilai menjadi sangat besar sehingga perlu langkah-langkah korporasi yang cermat.
Mulyanto yang berasal dari Fraksi PKS itu juga meminta pemerintah realistis serta objektif dalam menentukan target lifting Blok ini berdasarkan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Hal itu, masih menurut dia, karena kesalahan hitung target lifting dapat berpengaruh terhadap angka-angka asumsi makro pendapatan negara. "Jadi tolong dihitung yang benar. Jangan asal-asalan atau sekedar mencari sensasi," ujar Mulyanto.
Mulyanto menyatakan dirinya tidak bermaksud mengecilkan kemampuan Pertamina mengeksplorasi kilang minyak di Blok Rokan. Dirinya bahkan senang jika Pertamina benar-benar dapat merealisasikan target lifting yang sudah dihitung secara cermat.
Namun, lanjutnya, berdasarkan pengalaman sebelumnya, target lifting terus menurun, begitu pula realisasi capaiannya. "Apalagi untuk alih kelola sumur-sumur tua, sementara saat ini masih dalam kondisi pandemi COVID 19 sehingga menimbulkan masalah dalam mobilisasi tenaga kerja dan alat kerja," paparnya.
Sebelumnya pihak PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), RP Yudantoro, menyebutkan kepada media siap melakukan 44 pengeboran sumur pengembangan di tahun 2021 serta 182 pengeboran sumur pengembangan, injeksi uap, injeksi air dan injeksi kimia di tahun 2022 dalam rangka mengejar target 300 ribu barel per hari (bph).