Selasa 05 Jan 2021 16:01 WIB

Indeks Saham Syariah Berpotensi Menguat pada 2021

Sektor yang berada pada tren positif ialah tambang dan perdagangan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) berpotensi menguat pada tahun 2021. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan pemulihan ISSI ini seiring dengan pemulihan sejumlah emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) berpotensi menguat pada tahun 2021. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan pemulihan ISSI ini seiring dengan pemulihan sejumlah emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) berpotensi menguat pada tahun 2021. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan pemulihan ISSI ini seiring dengan pemulihan sejumlah emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Secara year to date (ytd), walaupun sempat beberapa kali tertinggal oleh IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) akibat penguatan sektor finansial, kinerja ISSI sepanjang 2020 cukup mirip dengan kinerja IHSG," kata Hendriko kepada Republika.co.id, Selasa (5/1). 

Baca Juga

Sebagai gambaran, pada penutupan perdagangan tahun 2020, IHSG mengalami koreksi 5,09 persen ytd. Namun sejak anjlok ke level terendah pada Maret tahun lalu, IHSG telah tumbuh sebesar 52,85 persen di akhir 2020.

Hendriko melihat hampir semua sektor menjadi pendorong pemulihan ISSI. Namun sektor yang signifikan mendorong laju ISSI adalah sektor tambang seperti ADRO, PTBA, ANTM, INCO, MDKA. Beberapa emiten dari sektor lain seperti UNTR, MYOR dan INKP juga memiliki bobot yang cukup besar untuk ISSI.

Untuk 2021, menurut Hendriko, masih ada potensi kenaikan pada ISSI. Sektor yang berada pada tren positif yaitu tambang dan perdagangan. "Untuk potential upside secara teknikal ISSI berpotensi menguji level resisten selanjutnya pada level 194 dengan target upside sekitar 10 persen," terangnya.

Sementara itu Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan ISSI akan mengalami tekanan pada kuartal I 2021. Menurutnya, tekanan ini dipicu oleh pengetatan kebijakan lockdown disejumlah negara untuk mengatasi Covid-19. 

"Saya melihat secara pergerakan teknikalnya melemah, di beberapa negara dunia pun melakukan lockdown kembali atas kasus Covid-19 yang kabarnya bermutasi dan bertambahnya kasus baik dunia maupun Indonesia," ujar Herditya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement