Secara keuangan, menurut Aulia, perusahaan ini memiliki keuangan yang cukup sehat, lantaran terbukti mengalami pertumbuhan aset yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III 2020 MCAS, perusahaan ini memiliki nilai rasio utang berbanding ekuitas (DER) sebesar 42,55 persen, rasio utang berbanding aset sebesar 29,85 persen, dan current ratio 315,29 persen.
"Dengan current ratio yang tinggi, MCAS memiliki kesanggupan membayar utang jangka pendek yang cukup baik," terang Aulia.
Sedangkan dari sisi profitabilitas, marjin laba bersih (NPM) MCAS menurut laporan keuangan kuartal III 2020 ini adalah 0,71 persen, marjin laba kotor (GPM) sebesar 2,03 persen, marjin laba operasi (OPM) 1,18 persen, rasio laba terhadap aset (ROA) 3,33 persen, dan rasio laba terhadap ekuitas (ROE) 4,75 persen.
Aulia menjelaskan, angka dari marjin dan rasio ini menunjukkan bahwa MCAS bukanlah yang terbaik di sektornya. Sebagai contohnya, PT Aces Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang berada di sub sektor yang sama memiliki NPM, GPM, OPM yang lebih besar dari MCAS. Menurut data RTI, ACES memiliki NPM sebesar 9,67 persen, GPM 49,37 persen, dan OPM 10,94 persen.
Dari sisi valuasi, Menurut Aulia, harga saham MCAS yang telah mencapai Rp 4.550 ini tergolong premium. Berdasarkan data RTI, PER MCAS sudah mencapai 166,44x. Nilai PER MCAS ini merupakan yang tertinggi di antara perusahaan di sektor perdagangan ritel.
"Dari sudut pandang investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak terlalu menarik sebab harga saham mungkin tidak akan naik lagi sehingga berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan kecil," kata Aulia.