EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin mengapresiasi langkah Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menstabilkan pasokan dan harga kedelai di sejumlah daerah. Menurutnya, langkah tersebut cukup tepat karena pemerintah hadir di tengah-tengah kesulitan pedagang, pengrajin dan para petani kedelai di seluruh Indonesia.
"Saya kira langkah taktis jangka pendek yang dilakukan oleh Kementan perlu diapresiasi dan didukung oleh semua pihak," ujar Andi Akmal dalam keterangan resminya, Ahad (10/1).
Meski demikian, Andi menyarankan agar Kementan melakukan langkah terencana dan terukur untuk meningkatkan produksi dengan mengintensifikasi dan mengekstensifikasi kedelai lokal. Dengan upaya tersebut, ia meyakini Indonesia mampu mengurangi ketergantungan impor.
"Segera lakukan intensifikasi dan ekstensifikasi kedelai lokal di daerah pengembangan, sehingga bisa dihitung dan dipastikan jumlah produksi," katanya.
Andi menilai, pemerintah sejauh ini sudah berupaya memperbaiki tataniaga dan pengawasan impor melalui unit-unit kerja di seluruh pintu keluar masuk pengiriman barang. Dengan langkah tersebut, ia berharap tidak ada lagi spekulan yang bermain dan meresahkan pengrajin tahu tempe.
"Yang pasti ke depan harus ada Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Kedelai sesuai yang ditetapkan pemerintah dengan memberikan kepastian dan memberikan keuntungan kepada para petani," tutupnya.
Sebelumnya Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan terus mendorong gerakan stabilisasi pasokan dan harga kedelai di sejumlah daerah, setelah resmi diluncurkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, kemarin.
Dalam gerakan stabilisasi pasokan dan harga kedelai ini, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi menjelaskan dalam 100 hari pertama Kementan memastikan ketersediaan kedelai dan stabilitas harga agar perajin tempe dan tahu tetap berproduksi.
Mekanisme penyaluran dilakukan dengan menggandeng asosiasi importir yang menjual ke perajin dengan harga kedelai Rp 8.500 per kilogram (kg).
"Harapannya para perajin ini bisa tetap berproduksi, memang ada kenaikan, dulu harga kedelai Rp 7.000 per kilogram, kemudian naik sampai Rp 9.000 per kilogram bahkan lebih, dan kini disepakati menjadi Rp 8.500 per kilogram," katanya.
Agung mengatakan Kementan juga akan menggenjot produksi kedelai lokal serta menjadikan kedelai sebagai suatu komoditas yang terus dimonitor baik ketersediaan dan harganya. Menurut dia, harga jual kedelai dari importir ke perajin sebesar Rp 8.500 per kilogram menjadi suatu kesepakatan dalam 100 hari ke depan.
"Kenapa 100 hari, karena dalam 100 hari ke depan kita sedang mempersiapkan benih, kita tahu bahwa importir masih punya stok kedelai dan ini bisa kita gunakan dalam 100 hari ke depan," katanya.