Saat ini, sistem bank telah diamankan dan dimatikan hingga penyelidikan tahap awal sudah rampung. "Ini akan membutuhkan waktu karena kami harus memahami implikasi penuh dari peretasan. Kami bekerja dengan pengguna sistem yang informasinya mungkin telah diakses," tutur Orr.
Bank menolak menjawab pertanyaan yang lebih detail melalui email. Sampai saat ini, masih belum jelas kapan peretasan dilakukan atau apakah ada indikasi siapa yang bertanggung jawab dan di negara mana layanan berbagi file tersebut berasal.
Tidak hanya bank sentral, beberapa organisasi besar di Selandia Baru telah menjadi sasaran gangguan di dunia maya pada tahun lalu. Tidak terkecuali Bursa Efek Selandia Baru yang servernya sempat tidak dapat dilihat oleh publik selama hampir sepekan pada Agustus.
Profesor ilmu komputer di Universitas Auckland Dave Parry mengatakan kepada Radio Selandia baru, pemerintah lain kemungkinan berada di balik pelanggaran data bank ini. "Pada akhirnya, jika Anda melihat dari perspektif kriminal, lembaga pemerintah tidak akan membayar tebusan Anda atau apapun, jadi Anda mungkin lebih tertarik pada permasalahan dari pemerintah ke pemerintah (government to government)," ucapnya.