Worker Rights Consortium merupakan sebuah organisasi pemantau hak-hak buruh. "Hari-hari ketika merek pakaian besar mana pun bisa mendapatkan keuntungan dengan aman dari kapas Xinjiang sudah berakhir,"jelas Nova.
Konsorsium memperkirakan larangan AS mempengaruhi sekitar 20 persen dari pasokan kapas global. Beberapa di sektor swasta telah membantah tatanan di seluruh wilayah, mengatakan hal itu dapat menghukum produsen yang sah dan karena sulit memastikan bahan mentah tercemar tidak memasuki rantai pasokan.
Hal ini terutama berlaku bagi kapas Cina yang digunakan membuat pakaian ekspor di negara lain seperti Bangladesh dan Vietnam. Asisten Komisaris Eksekutif di Kantor Perdagangan Pabean dan Perlindungan Perbatasan Brenda Smith mengatakan, AS mengimpor barang kapas senilai sekitar 9 miliar dolar AS dari China secara keseluruhan tahun lalu, itu belum termasuk produk dari negara ketiga.
Ia menambahkan, hanya sekitar 10 juta dolar AS produk tomat yang masuk ke AS dari China tahun lalu. Pada November, AS memblokir barang-barang dari sebuah perusahaan yang mengendalikan sekitar sepertiga produksi kapas di wilayah Uighur dan sekitar 6 persen dari semua kapas secara global.