"Tentunya ini patut jadi perhatian dan evaluasi bersama. Hal yang sudah baik utk terus dipertahankan dan hal masih kurang bersama-sama diperbaiki dan tingkatkan," ucap Luky.
Sementara itu, realisasi tertinggi dicatatkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dengan angka 99,34 persen. Pada tahun lalu, BSN melakukan satu proyek pembangunan laboratorium dengan nilai Rp 70 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, SBSN proyek merupakan instrumen pembiayaan kreatif yang dibutuhkan untuk memenuhi tingginya kebutuhan biaya pembangunan. Khususnya di saat APBN mengalami tekanan penerimaan negara akibat pandemi Covid-19.
"SBSN adalah sebuah instrumen pembiayaan. Dalam suasana pandemi, pembiayaan semakin butuh diversifikasi karena APBN dalam suasana tekanan cukup berat," ucapnya, dalam kesempatan yang sama.
Sri berharap, SBSN dapat menjadi utang negara yang memberikan manfaat maksimal dan dapat dikembalikan lagi dengan manfaat jauh lebih besar. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh kementerian/ lembaga yang sudah maupun akan memanfaatkan SBSN proyek untuk terus menjaga tata kelola dan akuntabilitas tiap proyek pembangunannya.