Kamis 21 Jan 2021 00:47 WIB

Gakoptindo: Operasi Pasar Kedelai Murah tak Sesuai Rencana

Alokasi operasi pasar kedelai sebesar 12,5 persen dari realisasi impor tahun 2020.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau tempat produksi tempe saat operasi stabilitas harga kedelai di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Dalam operasi pasar tersebut, kedelai dijual ke perajin seharga Rp8.500 per kilogram dan diupayakan bertahan selama 100 hari ke depan untuk menekan harga kedelai di pasaran yang saat ini mengalami kenaikan.
Foto:

Ia melanjutkan saat rencana operasi pasar tersebut dibahas, para perwakilan Gakoptindo berada di luar ruangan rapat. Para importir pun rapat bersama para pimpinan rapat dari Kementerian Pertanian. Namun, menurut Sutaryo, para importir justru tidak menyanggah keinginan Kementan.

Alhasil, diputuskan alokasi operasi pasar kedelai sebesar 12,5 persen dari realisasi impor tahun 2020 atau sebanyak 317 ribu ton. "Begitu rapat tanggal 5 Januari, tanggal 7 Januari diekspose sama menteri (pertanian). Saya kumpul dengan importir-importir (menanyakan) siap tidak? ternyata tidak siap. Loh kok tidak siap diekspos? ujarnya.

Pihaknya pun menyayangkan proses pembahasan operasi pasar tersebut yang dinilai kurang dibahas secara mendalam. Dampaknya, para pengrajin tahu dan tempe dari berbagai daerah telah menghubungi Gakoptindo untuk bisa mendapatkan kedelai murah. "Kita tidak bisa karena yang punya barang itu importir, ternyata begitu dialokaskan oleh Kementan, barang tidak ada," kata dia.

 

Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Yusan, mengaku dipaksa dalam penentuan harga dalam operasi pasar kedelai. Dengan kata lain, importir menjual di bawah harga pasar. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement