Ia melanjutkan saat rencana operasi pasar tersebut dibahas, para perwakilan Gakoptindo berada di luar ruangan rapat. Para importir pun rapat bersama para pimpinan rapat dari Kementerian Pertanian. Namun, menurut Sutaryo, para importir justru tidak menyanggah keinginan Kementan.
Alhasil, diputuskan alokasi operasi pasar kedelai sebesar 12,5 persen dari realisasi impor tahun 2020 atau sebanyak 317 ribu ton. "Begitu rapat tanggal 5 Januari, tanggal 7 Januari diekspose sama menteri (pertanian). Saya kumpul dengan importir-importir (menanyakan) siap tidak? ternyata tidak siap. Loh kok tidak siap diekspos? ujarnya.
Pihaknya pun menyayangkan proses pembahasan operasi pasar tersebut yang dinilai kurang dibahas secara mendalam. Dampaknya, para pengrajin tahu dan tempe dari berbagai daerah telah menghubungi Gakoptindo untuk bisa mendapatkan kedelai murah. "Kita tidak bisa karena yang punya barang itu importir, ternyata begitu dialokaskan oleh Kementan, barang tidak ada," kata dia.
Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Yusan, mengaku dipaksa dalam penentuan harga dalam operasi pasar kedelai. Dengan kata lain, importir menjual di bawah harga pasar.