Kenya juga telah mengajukan keringanan pada G20 melalui program Debt Service Suspension Initiative senilai 40,6 miliar shilling yang jatuh tempo pada semester pertama tahun ini.
Kenya akan memulai pembayaran pada Kamis (21/1) atas salah satu pinjaman dari Bank Ekspor Impor China. Menurut laporan Departemen Keuangan, pinjaman tersebut digunakan untuk mendanai pembangunan rel kereta api standar.
Fasilitas itu akan dilunasi dengan 30 kali angsuran dari 21 Januari hingga 21 Juli 2035 dengan harga Libor ditambah tiga persen, kata Departemen Keuangan.
"Kami sudah menyiapkan untuk pembayaran hari ini. Tapi, dua hari lalu setelah perjanjian kami, kami dengan senang hati mendapatkan feedback bahwa tidak perlu membayar sekarang," kata Yatani.
Pinjaman ke China berkontribusi sekitar 21 persen dari utang luar negeri Kenya pada akhir Juni 2020, beda tipis dibandingkan Bank Dunia yang 25 persen. Pemegang obligasi pemerintah memegang 19 persen, sementara bank komersial dan Bank Pembangunan Afrika masing-masing adalah 11 persen dan 7,5 persen.
Berbeda dengan kebijakan terhadap China, Kenya tidak akan meminta penangguhan utang dari kreditor multilateral dan komersial lainnya. "Hal ini untuk menjaga peringkat negara dan aksesnya di masa depan terhadap pasar keuangan internasional," kata Yatani, awal bulan ini.