EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ditutup melemah, seiring turunnya minat investor terhadap aset berisiko. Rupiah Jumat (22/1) ditutup melemah 35 poin atau 0,25 persen ke posisi Rp 14.035 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp 14.000 per dolar AS.
"Saya lihat sore ini indeks saham Asia berguguran. Kelihatannya minat pasar terhadap aset berisiko menurun, yang juga mendukung sentimen pelemahan rupiah," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Indeks Nikkei hari ini ditutup melemah 125,41 poin atau 0,44 persen ke 28.631,45, indeks Hang Seng turun 479,91 poin atau 1,6 persen ke 29.447,85, dan indeks Straits Times terkoreksi 25,62 atau 0,85 persen ke 2.991,53. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut ditutup di zona merah, turun sebesar 106 poin atau 1,66 persen ke level 6.307.
"Pekan depan, soal yield, rencana stimulus besar AS, soal kenaikan kasus Covid-19 masih akan membayangi pergerakan harga," ujar Ariston.
Tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terlihat menguat kembali sejak kemarin di posisi 1,12 persen. Kenaikan imbal hasil obligasi tersebut mendorong kembali penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah.
Selain itu, lanjut Ariston, pelaku pasar juga akan menantikan hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), pada pekan depan. "Rupiah bisa melemah kalau The Fed lebih optimistis soal kondisi ekonomi di AS," kata Ariston.
Ia memperkirakan rupiah pada pekan depan akan bergerak di kisaran Rp 13.950 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS. Kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp 14.054 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.039 per dolar AS.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp 13.993 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.993 per dolar AS hingga Rp 14.052 per dolar AS.