Pada tahun ini, pemerintah akan kembali menyuntikkan modal Rp 75 triliun secara bertahap. "Konsepnya ada dua jenis fund, master dan tematik yang sektornya nanti dibagi sesuai dengan bidangnya," ucap Airlangga.
Airlangga berharap, INA dapat sejajar atau lebih besar dibandingkan SWF negara lain di Asia Tenggara. Misalnya saja GIC Private Limited yang sudah mengelola aset 453 miliar dolar AS, Temasek Holdings 417 miliar dolar AS dan Khazanah Nasional Berhad 20 miliar dolar AS.
SWF lain yang sudah lebih maju adalah Norway Gov dengan nilai aset 1,1 triliun dolar AS, sementara China Inv. Co sebesar 1 triliun dolar AS, dan Abu Dhabi sebesar 579 miliar dolar AS.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan delapan karakteristik yang juga menjadi keunggulan INA. Di antaranya, lembaga ini berfokus pada capital maximization, tata kelolanya mengikuti praktek bisnis internasional, dan tujuan ekonominya seimbang dengan manfaat komersial.
"Jadi ada keseimbangan antara tujuan ekonomi dan manfaat komersialnya," tuturnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR mengenai LPI secara virtual pada Senin (25/1).
Di sisi lain, Sri menambahkan, LPI juga memiliki landasan hukum yang kuat sehingga mampu memberikan kepastian dan memiliki fleksibilitas dalam melakukan investasi. Lembaga ini juga mempunyai dukungan yang kuat dari negara karena berbentuk SWF.