Sementara sekitar 37,7 persen difokuskan ke sektor ekonomi perdagangan dan sekitar 22 persen di sektor jasa. Saat ini, terutama di masa pandemi, penyaluran pembiayaan BRIsyariah juga diutamakan untuk sektor-sektor yang lebih minim risiko, seperti pertanian, peternakan, dan alat kesehatan.
Selain mikro, BRIsyariah menyalurkan Rp 7,4 triliun pembiayaan untuk segmen kecil dan menengah, yang tumbuh sebesar 65 persen (yoy). Pertumbuhan penyaluran pembiayaan juga diiringi perbaikan kualitas pembiayaan. Rasio pembiayaan bermasalah atau NPF BRIsyariah pada bulan Desember 2020 tercatat 1,7 persen, turun dibandingkan Desember 2019.
"Kami menargetkan pertumbuhan yang berkualitas lewat penyaluran pembiayaan yang selektif," katanya.
Di sisi dana pihak ketiga (DPK), BRIsyariah mencatat pertumbuhan sebesar 44,61 persen. Dana Pihak Ketiga tercatat (DPK) meningkat ditopang oleh pertumbuhan dana murah atau giro dan tabungan, sejalan dengan strategi pengendalian beban biaya dana. Peningkatan dana murah tersebut mendorong penurunan biaya dana atau cost of fund.