Kepala ekonom zona euro di Oxford Economics Nicola Nobile menyebutkan, data PDB zona euro lebih baik dibandingkan yang diperkirakan pekan lalu. "Prospek jangka pendek untuk ekonomi Eropa tetap masih dibayangi oleh situasi kesehatan yang menantang di beberapa negara dan peluncuran vaksinasi yang mengecewakan pada tahap awal," katanya.
Pembatasan aktivitas yang diberlakukan untuk dunia usaha tidak memperbaiki ketidakpastian itu, meskipun terjadi penurunan infeksi. Para pemimpin seperti Kanselir Jerman Angela Merkel memperingatkan, terlalu dini untuk bersikap tenang mengingat varian terbaru dari virus corona justru lebih menular dan mengancam.
Zona euro diperkirakan akan mencapai tingkat output ekonomi pra pandemi pada 2022, kata pejabat Bank Sentral Eropa (ECB). Proyeksi ini berbeda dengan China yang sudah berada di level produksi pra pandemi.
Sementara itu, untuk AS, diperkirakan akan kembali rebound seperti level 2019 pada pertengahan tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan zona euro tahun ini menjadi 4,2 persen dari 5,2 persen.
Kepala ekonom IMF Gita Gopinath mengatakan, ada banyak faktor yang menyebabkan ketertinggalan Eropa. Di antaranya, pemerintah Eropa membatasi aktivitas secara lebih tajam untuk menyelamatkan nyawa dibandingkan kawasan lain.
Dampaknya, beberapa negara Eropa seperti Yunani, Spanyol dan Italia yang sangat bergantung pada pariwisata kini mengalami tekanan luar biasa.
Selain itu, Eropa memiliki usaha kecil dan menengah yang harus bekerja lebih keras daripada perusahaan besar. Sedangkan, usaha kecil ini tidak luput dari tekanan pandemi.