Dolar AS yang menguat, yang biasanya bergerak terbalik dengan harga minyak, mengambil sebagian tenaga dari momentum minyak. Dolar mencapai level tertinggi lebih dari dua bulan terhadap sekeranjang mata uang lainnya.
Pada Rabu (3/2), Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, memperpanjang pakta pasokan minyaknya pada tingkat yang ada, menunjukkan bahwa produsen senang pemotongan tersebut menguras persediaan sementara ketidakpastian mengenai prospek pemulihan permintaan karena pandemi Covid-19 masih bertahan.
Sebuah dokumen yang dilihat oleh Reuters pada Selasa (2/2) menunjukkan bahwa OPEC memperkirakan pemotongan produksi untuk menjaga pasar dalam defisit sepanjang tahun ini, meskipun kelompok tersebut mengurangi perkiraan permintaannya.
Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, menjanjikan pengurangan produksi minyak sukarela sebesar satu juta barel per hari di luar kuota OPEC+ yang disyaratkan dalam dua bulan ini.
"Kami yakin OPEC+ tetap memegang kendali penuh atas pasar minyak," kata Giovanni Staunovo, analis di UBS Global Wealth Management, dalam sebuah catatan Kamis (4/2).
"Dengan kelompok tersebut berusaha untuk menjaga produksi minyak global di bawah permintaan, kami memperkirakan persediaan minyak akan terus turun tahun ini," kata Staunovo, menambahkan "peluncuran vaksin akan mendukung permintaan minyak global selama beberapa bulan mendatang dan memungkinkan harga minyak naik lebih lanjut."
Juga pada Rabu (3/2), data pemerintah menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS pekan lalu secara tak terduga turun menjadi 475,7 juta barel, level terendah sejak Maret.