Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun dinilai tidak mampu menjadi pendorong ekonomi secara signifikan pada kuartal terakhir. Hal ini dilihat dari beberapa aspek, seperti bantuan sosial program sembako dan nonsembako yang tidak mendorong konsumsi makanan dan minuman tetap terjaga.
Tauhid menyebutkan, ketidaktepatan sasaran, mekanisme yang tidak efektif hingga nilai bantuan yang kecil menyebabkan kompleksitas masalah. "Dampaknya, program ini tidak bisa diharapkan lagi apabila tidak ada perubahan mendasar," tuturnya.
Capaian pertumbuhan ekonomi kuartal empat tahun lalu sebesar minus 2,19 persen menunjukkan masih panjangnya proses perbaikan ekonomi ke depan. Tauhid mengatakan, besaran tersebut masih belum sesuai dengan target.
Implikasinya menunjukkan akselerasi pertumbuhan ekonomi masih belum optimal. Khususnya dalam pengelolaan bauran kebijakan (mixed policy) terkait dengan mikroprudensial yang berkaitan dengan kebijakan PEN dalam pemberian insentif UMKM.
Tauhid juga menyoroti kontribusi sektor jasa keuangan dan asuransi terhadap capaian pembentukan PDB kuartal terakhir yang sangat kecil, yakni 4,57 persen. Sementara kontribusi yang paling tinggi berasal dari industri manufaktur, perdagangan, pertanian, konstruksi dan pertambangan.
Kondisi ini menunjukkan nilai tambah yang dibentuk dari sektor keuangan belum optimal. "Transmisi keuangan dari sektor jasa keuangan ke sektor riil masih belum efektif," ucap Tauhid.