Ia menilai nasabah prasejahtera menjadi gigih dan tangguh sehingga roda usahanya bisa kembali dan terus berjalan. Meski, pihaknya menyadari bahwa BTPN Syariah bukanlah satu-satunya yang menjadi faktor penentu pencapaian tersebut.
"Peran semua stakeholder juga menjadi penentu yang signifikan, seperti karyawan yang disebut #bankirpemberdaya, gigih dalam menjalankan amanahnya, nasabah pendanaan yang mempercayakan dana mereka untuk disalurkan kepada seluruh nasabah prasejahtera produktif, para pemegang saham yang merestui aspirasi Bank serta dukungan dari regulator serta pemerintah yang terus berupaya terbaik melalui progam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," ucap Hadi.
Adapun sampai akhir Desember 2020, Bank masih memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang kuat di posisi 49,4 persen, jauh di atas rata-rata industri. Total aset tumbuh 7 persen (YoY) menjadi Rp 16,4 triliun dari Rp 15.4 T. Dana pihak ketiga tumbuh 4 persen (YoY) menjadi Rp 9,8 triliun dari Rp 9,4 triliun. Sementara laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 855 miliar.