Mulyanto menjelaskan, perjuangan ekspor SBW ke China cukup keras dan relatif berbeda dengan negara lainnya. Proses registrasi rumah walet hingga rumah processing secara ketat dikawal Kementerian Pertanian.
“Seluruh protokol kesehatan yang diminta China harus dipenuhi sejak sebelum terbang. Proses karantinanya cukup panjang," kata dia.
Secara khusus Mulyanto meminta dukungan pemerintah agar mendorong kemudahan ekspor komoditas tersebut. Baik dalam hal perijinan dalam negeri, maupun protokol kesehatannya.
Mulyanto menambahkan, protokol yang diminta Pemerintah China cukup memberatkan bagi para calon eksportir baru, sehingga dirinya meminta pemerintah membantu negosiasi antarnegara dapat dilakukan untuk mengurangi beban protokol kesehatan.
“Disparitas harga sangat tinggi, terutama SBW kotor dan bersih. Tidak semua harganya 25 juta, tapi nilai tersebut yang paling bagus memang,” imbuhnya.
PEKIT, salah satu asosiasi eksportir, secara rutin melakukan ekspor SBW. Saat ini, beberapa anggota PEKIT berhasil menembus pasar China, antara lain, PT Ori Ginalnest Indonesia, PT Tong Heng Investment Indonesia, PT Anugerah Citra Walet Indonesia, PT Matra Adhiraya Nusantara, PT Organic Hans Jaya dan PT Cempaka Mega Mandiri.
“Pemulihan ekonomi nasional dengan peningkatan ekspor sangat baik. Program presiden kita dukung sebagai komunitas eksportir nasional,” katanya.