Data Kementerian Keuangan pada Rabu menunjukkan, ekspor naik 6,4 persen pada Januari dibandingkan tahun sebelumnya, menyusul kenaikan dua persen pada Desember. Data ini sejalan dengan peningkatan 6,6 persen yang diprediksi para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Berdasarkan wilayah, ekspor ke Cina yang merupakan mitra dagang terbesar Jepang, melonjak 37,5 persen, pada Januari. Kenaikan ini terbesar sejak April 2010, didominasi permintaan peralatan pembuatan chip, plastik dan logam nenferrous.
Sedangkan, pengiriman ke Amerika Serikat (AS) turun 4,8 persen, dikarenakan penurunan permintaan pesawat terbang, motor dan suku cadang mobil.
Menggambarkan permintaan domestik yang lemah, kinerja impor turun 9,5 persen pada Januari, jauh lebih dalam dibandingkan perkiraan median, enam persen. Secara total, neraca perdagangan menjadi defisit 323,9 miliar yen atau 3,05 miliar dolar AS.
Para analis memperkirakan, ekonomi Jepang berkontraksi pada kuartal saat ini. Sebab, konsumsi pada sektor jasa terpukul dengan keadaan baru dari pembatasan darurat yang dikeluarkan bulan lalu dan akan berlangsung hingga Maret.
Data terpisah dari Kantor Kabinet menunjukkan, pesanan mesin inti naik 5,2 persen pada Desember dibandingkan bulan sebelumnya. Pesanan ini digunakan sebagai indikator belanja modal untuk enam hingga sembilan bulan ke depan,
Di tengah indikator yang positif, survei Kantor Kabinet memperlihatkan, produsen memperkirakan pesanan ini turun 8,5 persen pada Januari-Maret. Sebelumnya, angka ini sempat naik 16,8 persen pada kuartal keempat tahun lalu.