EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku sampai hari ini susut jaringan atau loses listrik Indonesia masih tinggi yaitu 9,37 persen pada tahun lalu. Hal ini dikarenakan konsumsi listrik per kapita masyarakat masih rendah dan juga masih banyaknya sambungan listrik yang mengandalkan transmisi listrik.
Direktur Regional Bisnis PLN Bagian Jawa Madura dan Bali Haryanto WS menjelaskan berbicara soal loses maka erat kaitannya dengan konsumsi listrik per kapita. Saat ini tercatat konsumsi listrik per kapita masyarakat sebesar 1.100 per kwh per kapita. Padahal di negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia konsumsi per kapita sangat tinggi.
"Nah indonesia itu, dengan konsusmi yang sudah 1.100 masih 9,37 persen. Ini memang kami lihat ini gak bisa dipungkiri unsur energi selain nantinya dipengaruhi teknis juga sangat dipengaruhi tingkat konsumsi per kapita," ujar Haryanto dalam webinar Kementerian ESDM, Selasa (23/2).
Haryanto menjelaskan di Singapura konsumsi per kapitanya mencapai 8.000 per kwh per kapita per tahun. Namun, tingkat losesnya hanya 2,3 persen. Sedangkan Malaysia konsumsi per kapita nya 4.600 per kwh per tahun. Namun tingkat losesnya 5,7 persen.
"Jadi semakin rendah tegangannya, semakin tinggi losesnya. Kalau semakin tinggi, itu gak ada loses biasanya," ujar Haryanto.
Untuk bisa menekan loses ini, Haryanto menjelaskan PLN melakukan berbagai upaya. Selain meratakan pasokan listrik melalui pembangunan pembangkit baru PLN juga berusaha untuk meningkatkan demand agar konsumsi per kapita secara nasional juga naik.
"Ini sedang kita coba benahi dengan membangun pembangkit di Barat. Ada usaha lain memang untuk menurunkan loses, yaitu meningkatkan demand dengan potensi pembangkit yang ada. Juga membangun regional balance," ujar Haryanto.
Selain itu, kata dia PLN juga terus mengedepankan digitalisasi untuk bisa menekan susut jaringan ini. "Kami usahakan terus untuk bisa menekan susut ini dari tahun ke tahun. Teknis ini terus kami kerjakan dengan investasi yang kami tidak bisa kami besarkan secara leluasa. Ini untuk maintance susut yang ada. Ini aja yang paling mungkin kami lakukan. Kami juga tingaktkan digitalisasi untuk juga menekan loses," tambah Haryanto.