EKBIS.CO, JAKARTA -- Sukuk Ritel dianggap telah berperan dalam meningkatkan literasi masyarakat terhadap produk syariah. Peneliti Ekonomi Syariah INDEF, Fauziah Rizki Yuniarti menyampaikan, untuk mengetahui peran konkritnya perlu diteliti lebih lanjut terkait profil investornya.
"Apakah mereka orang-orang yang benar-benar belum pernah bersentuhan dengan dunia ekonomi syariah seperti tidak punya rekening bank syariah, tidak punya produk invetasi syariah lainnya, dan lainnya, kalau memang iya, berarti memang penjualan SR ini bisa dianggap menjadi agen literasi," latanya pada Republika.co.id, Ahad (28/2).
Dapat dilihat juga dari angka literasi keuangan syariah yang naik 0,83 persen menjadi 8,93 persen pada 2019 dari tahun 2016 sebesar 8,1 persen. Selama tahun 2019 terlihat ada satu sukuk ritel (SR011) dan tiga sukuk tabnungan (ST004, ST005, dan ST006).
Fauziah mengatakan sukuk ritel secara umum kemungkinan memang punya andil dalam peningkatan literasi keuangan syariah. Kalau dilihat khusus SR yang berhasil terjual (outstanding), tambahnya, tidak terlalu memuaskan dibanding dengan total instrumen investasi negara lainnya.
"Namun, kita bisa melihat antusiasisme yang cukup tinggi di sukuk walupun masa pandemik, misal di SR013 yang diluncurkan September 2020 dengan coupon rate yang lebih rendah yakni 6,05 persen lebih menarik dengan outstanding lebih tinggi dibanding SR011 pada Maret 2019 dengan kupon 8,05 persen," katanya.
Hal ini mungkin juga dipengaruhi dengan tingkat perilaku memberi rakyat Indonesia yang cukup tinggi. Terlebih di era pandemik seperti ini. Saat masyarakat juga memiliki likuiditas berlebih sehingga dialihkan pada instrumen investasi yang aman.
Apalagi segmen yang dituju jelas kaum milenial. Kemudahan bertransaksi pembelian, penggunaan influencer untuk meningkatkan campaign awareness, suku bunga yang bersaing dengan insentif pajak yang menarik dibanding pajak deposito. Ini menjadi daya tarik tersendiri untuk para kaum milenial.