EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menyepakati perjanjian jual beli LPG dengan Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc) untuk pasokan LPG selama empat tahun mendatang. Direktur Pemasaran Pusat & Niaga PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero), Hasto Wibowo menjelaskan, kerja sama ini untuk memastikan pasokan LPG untuk dalam negeri. Ia mengatakan, demand LPG dari tahun ke tahun terus naik, maka pasokan perlu diamankan.
“Saat ini balance kebutuhan impor LPG nasional mencapai 6 juta ton per tahun, harapannya dengan kerjasama ini Pertamina dapat memperluas sumber pasokan dan menjaga kestabilan pasokan,” ujar Hasto, Ahad (7/3).
Ia memerinci, kebutuhan LPG nasional di tahun 2022 diperkirakan mencapai 8,30 juta ton. Jumlah ini meningkat menjadi 9,12 juta ton di tahun 2023 dan 10,01 juta ton pada tahun 2024.
Hasto menambahkan, perjanjian inipun dimungkinkan diperpanjang setiap tahunnya, dengan tetap dilakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum perjanjian berakhir.
“Kerja sama ini salah satu strategi pengadaan bundling produk LPG dan petrokimia yang dibeli langsung dari produser. Diharapkan kerja sama ini dapat menciptakan peluang kolaborasi jangka panjang untuk produk LPG dan petrokimia dengan tentunya tetap memperhatikan perkembangan dari bisnis petrokimia serta mengacu kebijakan bauran energi nasional sebagaimana tercantum dalam RUEN,” tambah Hasto.
Sementara itu, Senior President International Relations ADNOC, Salem Raheb Al Meheiri menyambut baik kerjasama strategis dengan Pertmaina. “Sebagai salah satu produsen LPG, minyak mentah, dan Petrokimia terbesar di dunia, ADNOC menjamin akan memasok produk dengan handal ke Indonesia,” jelasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, kerja sama antara Pertamina dan Adnoc merupakan salah satu dari tujuh kerja sama antara Indonesia dan UEA yang diteken pada acara Indonesia-Emirates Amazing Week 2021.
"Ini langkah awal untuk menjalin hubungan lebih baik antara kedua negara dan kami terus saling mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Uni Emirat Arab," ujar Luhut, Jumat (5/3).
Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirat Arab Suhail Al Mazroui menjelaskan, kontrak penjualan LPG dan sulfur itu akan berlangsung selama empat tahun dengan nilai kontrak per tahunnya adalah 500 juta dolar AS.
Dengan demikian, estimasi nilai kontrak akan berjumlah 2 miliar dolar AS selama empat tahun ke depan. Namun, jumlah itu bisa saja berubah mengikuti fluktuasi harga komoditas tersebut di pasar global.
"Saya pikir kontrak LPG bersama dengan sulfur adalah kontrak empat tahun dan itu kira-kira 500 juta dolar setahun, jadi kontraknya 2 miliar dolar selama empat tahun dan antara 2 miliar-2,2 miliar dolar AS tergantung harganya. Hal ini penting mengingat masa empat tahunnya tetapi dapat diperbarui," ujar Suhail.
Kesepakatan kedua perusahaan ini diteken pada Jumat (5/3) di Hotel Hyatt. Pertamina di wakili oleh VP Trading and Other Bussinerss Pertamina, Maya Kusmaya. Sedangkan dari pihak Adnoc diwakili oleh Senior Vice President Of Internasional Repations of The Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc), Salem Al Mehairi.