EKBIS.CO, JAKARTA -- Dalam jangka waktu 7 tahun kedepan, diproyeksikan produksi susu sapi dapat mencapai 2,4 juta ton (dengan asumsi lima kali laktasi dan potensi produksi per laktasi 3.300 liter) atau 343 ribu ton per tahun. Berdasarkan data iSIKHNAS, selama periode 2018-2020 tercatat ada 276.448 ekor kelahiran pedet sapi perah, dengan rincian betina sebanyak 141.576 ekor dan jantan 134.872 ekor.
“Artinya ada potensi penambahan populasi calon sapi dara sebanyak 51,2 persen dari total kelahiran. Calon sapi dara ini dapat digunakan sebagai replacement stock sapi induk yang sudah tidak produktif,” ungkap Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Sugiono.
Lebih lanjut Sugiono menjelaskan bahwa penambahan populasi sapi bakalan (pedet jantan) yang sebanyak 48,8 persen itu nantinya dapat digunakan untuk menambah produksi daging dalam bentuk karkas sebanyak 31 ribu ton (dengan asumsi satu ekor sapi perah penggemukan menghasilkan 232,57 kg daging karkas).
Selama periode 2018-2020, kelahiran sapi perah terbanyak berada di tiga provinsi sentra sapi perah dengan jumlah kelahiran sebanyak 269.486 ekor atau 97,48 persen. Ketiga provinsi tersebut adalah Jawa Timur sebanyak 106.647 ekor, Jawa Barat sebanyak 98.053 ekor dan Jawa Tengah sebanyak 64.786 ekor. Adapun selama kurun waktu 2019-2020, tercatat ada pertambahan kelahiran sapi perah sebanyak 11.363 ekor atau tumbuh sebesar 10,8 persen.
“Apabila dilihat dari dinamika kelahiran selama periode 2019-2020, tercatat pertumbuhan kelahiran yang positif. Tahun 2021 ini target akseptor IB sapi perah program SIKOMANDAN adalah 128 ribu. Tentunya kita berharap agar target ini dapat tercapai dan berhasil dengan baik”, pungkasnya.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengatakan bahwa Program Ditjen PKH pada tahun 2021 masih berfokus pada komoditi dan produk yang masih impor yaitu sapi dan susu. Ditjen PKH berupaya untuk mengurangi impor kedua komoditi tersebut melalui kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dalam negeri.
“Berbagai program sudah dilaksanakan, misalnya pelaksanaan optimalisasi reproduksi yang dahulu bernama Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB), kemudian ada Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB), kemudian sekarang ada Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN). Program program ini akan terus dilanjutkan dengan tambahan inovasi-inovasi yang lebih baik lagi”, ungkapnya.
Program Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri (SIKOMANDAN) merupakan salah satu kegiatan utama dalam rangka meningkatkan penyediaan produksi daging sapi dalam negeri bagi masyarakat sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2020 tentang Peningkatan Produksi Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri.
SIKOMANDAN dikemas dalam serangkaian kegiatan yang terintegrasi dan saling bersinergi dari hulu sampai hilir, dimulai dari upaya peningkatan kelahiran, diikuti upaya penurunan angka kematian dan upaya pengendalian penyakit lainnya, serta melakukan upaya peningkatan produktivitas ternak dengan penyediaan pakan secara cukup yang selanjutnya dilakukan pemotongan dengan baik sehingga menghasilkan daging yang baik dan berkualitas serta ASUH (Aman Sehat Utuh dan Halal), yang pada akhirnya produksi daging tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Dengan dukungan semua pihak, kami berharap semoga program SIKOMANDAN ini dapat menjadi salah satu upaya mendorong peningkatan populasi sapi perah di negara kita tercinta, Indonesia,” ungkap Nasrullah.