Tak hanya itu, menurutnya, seiring berjalannya waktu banyak debitur sudah menyesuaikan bisnis modalnya sehingga bisa membayar kewajibannya ke bank seiring dengan adanya vaksinasi dan mulai ada tanda-tanda ekonomi pulih.
"Sehingga kita prediksi jumlah nasabah yang jatuh ke NPL akan berkurang seiring dengan recovery ekonomi. Dari debitur yang sudah selesaikan restrukturisasi sampai akhir tahun, hanya 0,3-0,4 persen jatuh ke NPL," ungkapnya.
Siddik juga menyebut bagi debitur yang masih belum pulih 100 persen, bank bersandi saham BMRI ini memberikan restrukturisasi ulang agar memiliki jangka waktu lebih panjang. Dia menyatakan, debitur yang masih berpotensi menyelesaikan kewajibannya akan dibantu dengan stimulus pemerintah yang termasuk dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) seperti subsidi bunga UMKM dan penjaminan kredit UMKM dan korporasi.
"Dari Rp 93 triliun (pun), kita perkirakan ada sebagian debitur di akhir tahun atau awal tahun depan akan menjadi NPL karena tidak bisa bangkit," ucapnya.
Kemudian bagi debitur yang masih ada harapan akan dibantu dengan stimulus program dari pemerintah seperti program penjaminan kredit dari Jamkrindo dan Askrindo untuk segmen UMKM dan penjaminan kredit untuk segmen korporasi.
"Kita gunakan semua program itu untuk bantu para debitur kita yang dulunya bagus untuk going through crisis, sehingga nanti setahun lagi crisis over mereka siap untuk kembali. Jadi kita cukup optimis program-program yang kita laksanakan akan dapat membantu debitur tersebut bangkit dan bisa me-minimize potensi downgrade ke NPL," ungkapnya.