Lewat pembangunan sirkuit ekonomi koperasi multipihak tersebut, lanjut Teten, dana besar yang dimiliki anggota tidak akan lari kemana-mana. Sebab, KSP selama ini lebih dominan membiayai sektor perdagangan.
"Namun mayoritas pedagang kita itu juga menjual produk yang dihasilkan usaha besar," ujarnya. Teten pun berharap ada perubahan dari Syarikat Dagang menjadi Syarikat Produksi.
"Koperasi harus masuk ke sektor produksi. Sehingga, koperasi bisa menjual banyak produk berkualitas yang dihasilkan para anggota," tegasnya.
Menurut dia, ada banyak sektor ekonomi yang bisa dimasuki bahkan direbut koperasi. Misalnya, sektor kelautan dan perikanan, yang saat ini didominasi pelaku UMKM, persentasenya mencapai 98 persen.
"Itu potensi besar yang belum digarap koperasi. Ada ikan tangkap, budidaya ikan, rumput laut, dan lainnya. Bahkan, banyak tempat pelelangan ikan sudah dikelola koperasi," jelas Teten.
Menkop juga mendorong koperasi masuk ke sektor produk berbasis teknologi, dengan dukungan riset dari BPPT, LIPI, dan perguruan tinggi. "Pelaku UMKM kita tidak akan menjadi besar jika tidak masuk ke global value chain. Mengapa UMKM di China besar-besar, ya karena mereka mampu membuat komponen-komponen industri, hingga elektronik," jelasnya.
Apalagi, kata Teten, inti dari UU Cipta Kerja yaknk mendorong UMKM agar bisa menjadi bagian dari industri berbasis teknologi tinggi. "Jadi, proses ekonomi dari hulu ke hilir bisa dinikmati koperasi," katanya.