Jumat 19 Mar 2021 13:20 WIB

Sri Mulyani Minta Pengelolaan BLU tak Jadi Lahan Bisnis

BLU diharapkan tidak identik dengan manajemen yang amburadul.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Petugas kebersihan beraktivitas di area Tebing Keraton, Ciburial, Kabupaten Bandung, Kamis (28/5). Pemerintah meminta agar pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) tidak dijadikan lahan bisnis.
Foto:

Sri Mulyani menyebut setiap BLU bisa saja sebagai tempat, daerah dan fungsinya berbeda. Namun, tetap sebagai sebuah organisasi ada kesamaan-kesamaan dan bisa saling belajar mengenai bagaimana mengelola misi BLU yakni melayani publik dengan berbagai macam bidangnya.

"Kalau kita sebut BLU yang nonprofit tidak berarti kita memiliki kultur budaya organisasi yang amburadul yang seenaknya sendiri yang tidak profesional. Karena institusi apa lagi yang namanya pelayanan masyarakat justru harus makin memiliki profesionalisme dan tata kelola serta manajemen dan leadership yang makin baik," ucapnya.

Dari sisi lain, sepanjang 2020 BLU hanya menerapkan sekitar 86 persen kontrak kerja. Namun kontrak kinerja pada level organisasi belum juga semuanya diturunkan kepada level pegawai sebab baru sekitar 56,5 persen satuan kerja BLU yang melakukan cash giving ke bawah sampai kepada level pegawai.

"Ini juga menggambarkan berarti masih ada BLU yang belum punya ukuran apa untuk kinerjanya. Saya berharap tahun ini tidak ada satupun BLU yang dikecualikan. Saya juga berharap BLU mengatakan sulit buat kontraknya kerjanya, saya tidak percaya itu. Karena Kemenkeu 84.000 yang juga rumit, kami juga melakukan cashkit sampai ke pegawai," ucapnya.

"Jadi tidak ada excuse untuk mengatakan organisasi saya terlalu unik, khusus, terlalu rumit sehingga tidak bisa melakukan kontrak kinerja. Semuanya itu seni, dan semuanya tergantung situasi. Saya tidak percaya itu. Jadi semuanya kita tetap menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang baik," ungkapnya.

Dari sisi tarif layanan baru sekitar 55,9 persen BLU yang mempublikasi tarif layanannya. Hal ini artinya belum transparan semua dan perlu untuk mendapatkan perhatian. 

Pada bidang keuangan, juga masih melihat sebanyak 25 persen dari BLU belum menyusun dan menetapkan pengelolaan kasnya atau uang yang dikelola mereka. Kemudian ada 11 persen yang belum menyusun perencanaan kas secara periodik dan memadai, dan bahkan lebih dari 50 persen belum menetapkan pedoman rencana investasi jangka pendek, dan baru 35 persen yang mengatur porsi kas untuk diinvestasikan.

 

Ke depan mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu pun berharap agar BLU tidak menjadi kaku. Sri Mulyani mengaku optimis manajemen yang baik identik dengan ketidakmampuan merespons, sebaliknya justru manajemen yang baik mampu merespons dan punya fleksibilitas namun fokusnya pada kinerja.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement