Bendahara Negara itu menyadari, dari penerimaan yang lain, PNBP terhadap BLU justru yang paling mengalami kenaikan. Hanya saja ini tidak terjadi pada seluruh BLU. Maka itu pihaknya meminta agar setiap pimpinan BLU memiliki kemampuan untuk membangun sistem kontrol atau pengawasan internal yang efektif.
"Kalau pimpinannya mendominasi dan tidak ingin diawasi itu pasti pangkal malapetaka di organisasi itu," kata dia.
Tak hanya itu, Sri Mulyani berharap pimpinan BLU dan terutama dewan pengawas yang difungsikan untuk mengawasi, bisa menciptakan mekanisme pengawasan yang efektif.
“Tidak selalu mikro manage, namun dia bisa mendeteksi risiko, dan melakukan langkah korektif. Kalau diam, Anda berarti masuk di dalam fasilitasi pemburukan BLU itu. Itu yang saya tidak harapkan," ucapnya.
Dia memahami untuk merefleksikan keseluruhan yang berbeda adalah sesuatu yang sangat sulit. Namun pemerintah juga akan upayakan semaksimal mungkin untuk membuat regulatory dan juga policy yang bisa mencerminkan kebutuhan BLU agar beroperasi secara maksimal.
"Yaitu pelayanan baik, tata kelola baik, manajemen yang efisien dan bersih, dan keuangan yang makin sustainable,” ucapnya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menyebut di dalam kondisi covid ini, para pimpinan BLU dan pengawas BLU diharapkan juga bisa meningkatkan kualitas kompetensi mereka. Adapun beberapa yang bisa dilakukan seperti training dan meningkatkan kepekaan terhadap kondisi masyarakat yang menghadapi situasi yang tidak mudah saat ini menjadi sangat penting.
"Jadi saya berharap para pimpinan manajemn kompentesi leadershipnya betul-betul terus ditingkatkan. Ini juga bisa dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya yang semakin besar, karena banyak training itu bisa dilakukan juga secara online asal yang paling penting niatnya ingin belajar dan ingin menjalankan perbaikan," ungkapnya.