EKBIS.CO, JAKARTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (6/4) menaikkan lagi prospek pertumbuhan ekonomi global dengan memperkirakan produksi (output) di seluruh dunia akan naik sebesar 6 persen pada tahun ini. Ini adalah level yang belum pernah terlihat sejak 1970-an, sebagian besar berkat kebijakan yang luar biasa terhadap penanganan pandemi Covid-19.
Peningkatan itu, dari 5,5 persen yang diperkirakan kurang dari tiga bulan lalu, lebih mencerminkan prospek ekonomi AS yang membaik lebih cepat, yang saat ini diperkirakan IMF tumbuh 6,4 persen pada 2021, tercepat sejak awal 1980-an. Perkiraan itu lebih tinggi 1,3 poin persentase dari proyeksi pertumbuhan 5,1 persen pada akhir Januari dan hampir dua kali lipat dari perkiraan pada Oktober.
Perkiraan IMF tersebut, jika terwujud, akan menandai laju tercepat pertumbuhan global sejak 1976, tetapi juga muncul dari penurunan tahunan paling tajam dari era pascaperang yang terjadi tahun lalu karena pandemi membuat perdagangan di seluruh dunia hampir berhenti. IMF mengatakan, ekonomi dunia berkontraksi 3,3 persen pada 2020, meningkat tipis dari perkiraan kontraksi 3,5 persen yang dirilis pada Januari.
Outlook Ekonomi Dunia terbaru, yang dirilis pada awal pertemuan musim semi antara IMF dan Bank Dunia, mencerminkan perbedaan dramatis antara prospek pertumbuhan Amerika Serikat dan sebagian besar negara lainnya berkat pengeluaran stimulus pandemi senilai 1,9 triliun dolar AS yang baru-baru ini disahkan di Washington.
Prospek negara ekonomi maju lainnya, seperti Jerman, Prancis, dan Jepang, hampir tidak membaik sama sekali sejak Januari. Meskipun demikian, dengan peningkatan prospek AS yang besar sebagai pendorong utama, IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi maju menjadi 5,1 persen dari 4,3 persen.
Perkiraan ekonomi negara pasar berkembang, meski agak membaik, tidak sebesar negara-negara maju. Perkiraan IMF untuk ekonomi negara berkembang naik hanya 0,4 poin persentase, separuh dari peningkatan ekonomi negara-negara maju, menjadi 6,7 persen dari perkiraan pada bulan Januari.
"Kecepatan pemulihan yang berbeda-beda berlangsung di semua wilayah dan di seluruh kelompok pendapatan, terkait dengan perbedaan mencolok dalam hal kecepatan peluncuran vaksin, tingkat dukungan kebijakan ekonomi, dan faktor struktural, seperti ketergantungan pada pariwisata," kata IMF dalam ringkasan laporannya.
Tahun ini ekonomi Amerika Serikat akan pulih ke tingkat produk domestik bruto yang melebihi posisi sebelum pandemi melanda lebih dari setahun yang lalu, kata IMF. Sementara, China mampu pulih dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi pada akhir 2020.
IMF menekankan tingginya tingkat ketidakpastian seputar prospek pertumbuhan ekonomi, dan bahwa perbaikan dapat dengan mudah tersandung oleh salah satu dari beberapa faktor, dengan keberhasilan melawan pandemi menduduki posisi puncak.
"Progres vaksinasi yang lebih besar dapat meningkatkan perkiraan, sementara kemunculan varian baru virus bisa yang menghindari vaksinasi dapat menyebabkan penurunan tajam perkiraan," katanya.
Risiko besar lainnya berpusat pada keberlanjutan kebijakan yang akomodatif, khususnya dari Amerika Serikat. Suku bunga jangka panjang di seluruh dunia telah meningkat tajam sejak Januari karena pelaku pasar merevisi ekspektasi mereka tentang seberapa cepat Bank Sentral AS mulai menormalkan posisi kebijakannya.