EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 0,65 persen year on year (yoy) pada 2020. Maka menjadi Rp 19,49 triliun, sebelumnya pada 2019 sebesar Rp 19,37 triliun.
Corporate Secretary BRI Agro Hirawan Nur Kustono menjelaskan, kondisi global dan domestik yang terdampak pandemi Covid-19 merupakan salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan kredit Perseroan. "Meski begitu, perusahaan tetap berkomitmen memenuhi target kinerja yang ditetapkan," ujarnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI Agro di Jakarta, Jumat (9/4).
Dijelaskan, kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus BRI Agro, merupakan salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit. Porsi penyaluran kredit perseroan ke sektor tersebut tercatat sebesar 56 persen, dengan penyaluran terbesar pada komoditas kelapa sawit.
Penyaluran kredit konsumer melalui aplikasi digital Pinjam Tenang atau PINANG juga sudah mulai memperlihatkan hasil. PINANG merupakan pinjaman berbasis digital pertama di Indonesia.
Aplikasi itu sudah digital secara keseluruhan, dengan sistem digital verification, digital scoring dan digital signature. Product development PINANG dilakukan oleh BRI sebagai perusahan induk, kemudian dialihkan ke BRI Agro agar dikembangkan dan dipasarkan.
Pada 2020, total disbursement PINANG sebesar Rp 70,6 miliar. Layanan itu sudah melayani 18 ribu debitur lebih.
Selain melakukan pengembangan bisnis eksisting, saat ini BRI Agro juga tengah melakukan kolaborasi dengan berbagai Start up dari beragam jenis bidang bisnis. Salah satunya bidang Financial Technology (Fintech) Services, dalan upaya meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat melalui digital platform.
Dari sisi liabilitas, Dana Pihak Ketiga (DPK) pad 2020 tumbuh sebesar 8,75 persen yoy. Dengan begitu menjadi Rp 22,9 triliun, sebelumnya pada 2019 sebesar Rp 21,14 triliun.
"Pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan giro dan tabungan, sehingga terjadi perbaikan CASA menjadi 23,85 persen dari sebelumnya sebesar 14,31 persen pada 2019," ujar Hirawan.
Ia melanjutkan, Hal itu sejalan dengan strategi perusahaan dalam menurunkan Cost of Fund (COF) yang mencapai 5,97 persen pada 2020, sebelumnya sebesar 7,02 persen pada 2019.