EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan barang pada Maret 2021 kembali mencatatkan surplus 1,57 miliar dolar AS. Kinerja impor mengalami kenaikan tetapi diikuti dengan nilai ekspor yang juga naik lebih tinggi.
Kepala BPS Suhariyanto, mengatakan, pergerakan ekspor pada Maret 2021 sangat impresif. Begitu pula pada kinerja impor, khususnya untuk impor bahan baku yang digunakan industri dalam memproduksi barang.
"Ke depan kita berharap performa seperti di bulan Maret bisa diulang di bulan-bulan berikutnya," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/4).
Sebagai catatan, surplus perdagangan pada Januari tercatat 1,96 miliar dolar AS serta 1,99 miliar dolar di bulan Februari 2021.
Ia menyampaikan, nilai ekspor barang sebesar 18,35 miliar dolar AS atau naik 20,31 persen dari bulan sebelumnya. Dibandingkan posisi Maret 2020, ekspor tahun ini melonjak hingga 30,47 persen. Kenaikan terjadi baik untuk ekspor migas maupun nonmigas.
Di sektor nonmigas, seluruhnya mencatat pertumbuhan hingga dua digit. Nilai ekspor pertanian tercatat 390 juta dolar AS atau naik 27,06 persen dari bulan sebelumnya. Begitu pula ekspor industri pengolahan sebesar 14,84 miliar atau naik 22,27 persen dan ekspor pertambangan 2,22 miliar dolar AS atau naik 13,68 persen dari posisi Februari 2021.
Lebih lanjut, dari sisi impor tercatat 16,79 miliar dolar AS, naik 26,55 persen dari bulan Februari 2021 juga naik 25,73 persen dari bulan yang sama tahun lalu. Sama halnya pada kinerja ekspor, kenaikan impor terjadi baik untuk migas maupun non migas.
Suhariyanto melanjutkan, menurut penggunaan barang, nilai impor barang konsumsi tercatat sebesar 1,41 miliar dolar AS, tumbuh 15,51 persen dari bulan sebelumnya. Sementara impor bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing mencapai 12,97 miliar dolar AS dan 2,41 miliar dolar AS. Kedua golongan barang itu naik 31,10 persen dan 11,85 persen dari bulan Februari 2021.
"Pergerakan ekspor dan impor yang tinggi ini sejalan dengan beberapa indikator. Seperti PMI IHS Markit pada Maret yang di tahap ekspansif 53,2 poin," katanya.
Suhariyanto mengatakan, angka PMI untuk industri manufaktur global memang cukup tinggi. Itu sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dan bergulirnya vaksinasi serta permintaan harga komoditas yang naik dan berimbas pada kenaikan harga.