EKBIS.CO, JAKARTA -- Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menyatakan terdapat kenaikan signifikan untuk harga jagung lokal yang digunakan sebagai bahan baku pakan unggas. GPMT menyebut harga saat ini bahkan menyentuh hingga Rp 6.000 per kg di berbagai daerah.
"Hari ini, harga jagung sudah Rp 6.100 per kg di Medan. Lalu juga tembus Rp 6.000 per kg di beberapa tempat. Artinya harga memang tinggi," kata Ketua Umum GPMT, Desianto Budi Utomo dalam webinar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, Selasa (20/4).
Diketahui, harga acuan pemerintah yakni paling tinggi Rp 3.150 per kg untuk kadar air 15 persen atau paling rendah Rp 2.500 per kg kadar air 35 persen di tingkat petani.
Ia mengatakan, ada anomali yang terjadi pada harga jagung. Pasalnya saat ini masih dalam masa panen jagung dari para petani.
"Kita hadapi anomali, ketika panen harga juga bisa Rp 5.000 per kg apalagi sekarang sudah Rp 6.000 per kg," kata Desianto menambahkan.
Desianto menuturkan, persoalan seperti ini sudah terjadi dalam kurunw aktu 35 tahun terakhir. Solusi yang ditawarkan pun sekadar peta jalan, program zonasi produksi, serta intensifikasi. Ia meminta agar jalan keluar yang solutif dari berbagai pihak untuk bisa mengatasi masalah jagung secara permanen.
Ketua GPMT, Timbul Sihombing, menambahkan, situasi harga jagung saat ini harus menjadi perhatian bagi semua pemangku kepentingan. Menurutnya, perlu ada keterbukaan informasi sehingga keputusan yang diambil pemerintah tidak salah.
Timbul mengatakan, rata-rata harga pakan unggas saaat ini masih sekitar Rp 7.500-Rp 7.800 per kilogram. Harga itu mulai mengalami kenaikan lantaran harga jagung yang terus meningkat.
Lebih lanjut, ia mengatakan jika harga terus meningkat dan berdampak pada harga pakan unggas, pihak yang paling terdampak adalah para peternak unggas. "Kita hadapi harga jagung yang ekstrem ini akan mempersulit kita kalau harga pakan tidak kita sesuaikan. Namun pabrikan juga melihat kondisi karena kompetisi harga sangat tinggi," kata dia.