Rabu 21 Apr 2021 15:29 WIB

Dua Srikandi PLN, Ikut Dirikan Tower Listrik Darurat di NTT

Rosalia dan Putri Ramadani ikut dirikan tower sebagai tim relawan PLN

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 PLN telah berhasil membangun menara darurat (tower emergency) setinggi 61 meter. Saat mendirikan tower darurat inilah ada satu kisah tentang dua Srikandi PLN yang ikut terlibat. Rosalia Widya Astuti Chandra dan Putri Ramadani yang terjun langsung menjadi tim relawan PLN.
Foto: PLN
PLN telah berhasil membangun menara darurat (tower emergency) setinggi 61 meter. Saat mendirikan tower darurat inilah ada satu kisah tentang dua Srikandi PLN yang ikut terlibat. Rosalia Widya Astuti Chandra dan Putri Ramadani yang terjun langsung menjadi tim relawan PLN.

EKBIS.CO,  KUPANG -- Badai siklon tropis Seroja menghantam Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal April lalu. Merusak hampir 90 persen sistem kelistrikan di wilayah Rote, Ndao, Sabu, Pulau Semau, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Adonara, Larantuka, Lembata dan Sumba Timor.

Akibat curah hujan selama tiga hari yang mengikuti badai Seroja, dua menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) bertegangan 70 kilo Volt (kV) patah dan roboh. Kerusakan tower transmisi berdampak pada padamnya sistem kelistrikan di empat kabupaten, yaitu Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu.

Untuk mengatasinya, PLN telah berhasil membangun menara darurat (tower emergency) setinggi 61 meter. Dari estimasi waktu perbaikan selama 1 bulan, ternyata proses perbaikan dapat dilakukan dalam waktu 10 hari saja. 

Saat mendirikan tower darurat inilah ada satu kisah tentang dua Srikandi PLN yang ikut terlibat. Rosalia Widya Astuti Chandra dan Putri Ramadani yang terjun langsung menjadi tim relawan PLN. 

Keduanya merupakan putri daerah asal NTT yang bertugas di Unit Layanan Transmisi, dan Gardu Induk Mamuju, Sulawesi Barat. Mereka terbang dari Mamuju menuju kampung halaman.

"Menjelang badai hari itu, saya sudah mulai cemas melihat stories di media sosial teman-teman. Saya melihat hujan begitu besar dan cuaca sangat buruk," ungkap Rosalia Widya Astuti Chandra, akrab disapa Widi (23 tahun), mulai berkisah.

Widi merupakan lulusan Politeknik Negeri Kupang dan bergabung menjadi bagian PLN dengan jabatan Junior Engineer Pemeliharaan Transmisi sejak tahun lalu.

Ketika badai dahsyat melanda, terbersit rasa cemas dalam diri Widi. "Saya khawatir dengan kondisi keluarga saya yang berada di Kupang."

Widya mengaku takut. Belum pernah dia melihat peristiwa bencana alam seperti ini seumur hidupnya. "Saya benar-benar sedih melihat banyak daerah hancur, hingga banyak korban meninggal dan hilang," ujarnya.

"Begitu manajer saya memberitahu info pembukaan relawan untuk pemulihan kelistrikan NTT, tanpa pikir panjang saya langsung mendaftarkan diri. Ternyata disetujui. Saya langsung berangkat ke Kupang untuk bergabung dengan relawan lain di lokasi," katanya.

Panggilan untuk menjadi relawan juga dirasakan Putri Ramahadani. Wanita berusia 23 tahun ini bekerja di bagian Operasi dan pemeliharaan transmisi. 

 

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement