Lebih lanjut Ifan menyampaikan Saat ini BPH Migas sudah melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi, baik Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada dan yang lainnya untuk membuat pengaturan agar Retail LNG berbasiskan isotank kontainer bisa ditata tarif penyalurannya, regassifikasi dan sebagainya, sehingga para pihak bisa mendapatkan harga yang affordabel, adil untuk semua pihak.
BPH Migas berharap mulai dengan pilot-pilot project, setidaknya bulan agustus nanti sudah ada di gerbong kereta api, begitu juga dengan transportasi laut perlu segera ada pilot project. Sudah ada contoh penggunana LNG sebagai bahan bakar kereta api dan kapal diberbagai negara seperti di USA, Kanada, Rusia, dan India. "Semoga rapat ini bisa menghasilkan komitmen perwujudan konversi dari BBM subsidi ke LNG, paling tidak dalam bentuk Pilot Project dan bila perlu pilot project tersebut dibiayai dari Iuran BPH Migas yang berasal dari Badan Usaha" pungkasnya.
Direktur Utama PT PGN LNG Indonesia Jeffry Hotman dalam pertemuan tersebut menyampaikan bahwa PGN LNG berkomitmen untuk memberikan performance & benefit yang baik dalam penyediaan LNG dan dari segi infrastruktur serta storage sangat memungkinkan untuk menjadi supply point.
Saat ini PGN LNG tengah melakukan kajian teknis & pertukaran informasi terkait kerjasama dalam project konversi BBM ke LNG dengan KAI. Aspek teknis dari project ini adalah konverter kit yang sangat spesifik sehingga terus dilakukan pengembangan dan diharapkan Agustus 2021 dapat diimplementasi untuk uji performance penggunaan LNG di kereta api dan bulan September diharapkan diperoleh data untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut terkait komersialisasi.
PGN LNG memohon dukungan terkait penyediaan alokasi LNG dan penetapan harga komoditas hulu untuk transportasi yang mendukung pilot project agar terus berkelanjutan. Dari aspek safety, LNG lebih aman daripada CNG karena LNG disimpan pada tekanan atmosfer dan tanki didesain dengan standar safety yang tinggi. Terkait ukuran tanki akan dapat diperhitungkan lebih detail disesuaikan dengan kebutuhan bahan bakar case by case dari rute perjalanan kapal.
Terkait lokasi supply point, saat ini difokuskan pada titik fasilitas eksisiting namun diharapkan seiring berkembangnya pemanfaatan LNG maka supply point dapat ditambah sehingga perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut dengan pelaku usaha sektor transportasi.
Terkait fleksibilitas jalur, PGN LNG optimis untuk ASDP dengan rute yang sudah pasti maka dapat diusahakan adanya supply point yang lebih dekat dengan rute. Sedangkan untuk PELNI yang jaraknya jauh untuk kembali ke supply point dapat dipertimbangkan penggunaan dual fuel. PGN LNG akan melakukan pembaruan MOU dengan PELNI & ASDP dan mengharapkan kajian yang telah dilakukan dapat dilanjutkan dengan pembahasan implementasi lebih lanjut.