EKBIS.CO, JAKARTA -- Lebaran tahun kedua di tengah pandemi masih menjadi tantangan bagi para masyarakat karena terbatasnya mobilitas dan aktivitas. Namun, era baru ini mendongkrak peluang bisnis baru, yaitu layanan pengiriman hamper atau parsel lebaran ke saudara secara daring.
Momen ini yang dilirik Pudjiyanti (56) sebagai peluang bisnis. Penjual makanan beku ini mengaku kebanjiran orderan paket parsel atau hamper makanan beku. Selama H-14 lebaran hingga tanggal 12 Mei kemarin, Pudjiyanti bisa merogoh keuntungan hingga belasan juta rupiah karena bisnis parsel makanan bekunya.
"Tahun ini terasa ya, alhamdulillah pesanan paket hantaran itu lebih banyak. Sempat kewalahan juga ya, tapi selama dua minggu terakhir itu bisa laku 300 paket hampers," ujar Pudji kepada Republika.co.id, Jumat (14/5).
Makanan beku berupa pempek dan tekwan rumahan ini dibandrol bervariasi. Mulai dari paket ekonomis sebesar Rp 100.000 hingga paket eksklusif Rp 250.000 ludes terjual.
Yang menarik, memang kata Pudji berbeda dari tahun lalu di awal pandemi banyak masyarakat yang belum menyadari budaya memberikan parsel ini ke kerabat. Ia menilai karena faktor ekonomi yang masih belum pasti membuat masyarakat masih banyak yang berhitung ketat soal kondisi keuangan.
Namun, di tahun kedua berlebaran di tengah pandemi kata Pudji menjadi momen tersendiri budaya memberikan parsel lebaran ini. "Sebelumnya ya memang terima juga pesanan untuk lebaran. Tapi biasanya, itu paketan yang bisa dimakan langsung di rumah. Tapi karena pandemi jadi orang lebih milih untuk ngirim makanan beku ke kerabat," tambah Pudji.
Ia juga menjelaskan situasi ini bukan tanpa tantangan. Di awal puasa, harga bahan baku masih murah. Namun, menjelang lebaran memang harga bahan baku seperti besek, rotan, kotak plastik mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
"Biasanya kan besek itu harganya Rp 2.000 ya per paket, kemarin karena mungkin ramai pesenan dan stok di pasar gak banyak naik bisa sampai Rp 7.500 per paket. Sedangkan untuk kotak plastik biasanya 25 pieces tuh harganya Rp 42.000 - Rp 45.000, kemarin bisa sampai Rp 60.000," ujar Pudji.
Tak hanya bahan baku yang harganya melonjak. Untuk ekspedisi dan layanan antar barang juga sempat mengalami overload. Hal ini membuat harga pengantaran yang biasanya dibandrol Rp 10.000 menjadi Rp 18.000 per alamat.
"Akhirnya kemarin saya akalin aja untuk anter sendiri beberapa, dan memberdayakan anak muda tetangga untuk jadi kurir harian. Soalnya kalau pakai ekspedisi tuh juga antre ya, takut barangnya jadi rusak," ujar Pudji.
Adinda (25) juga mengatakan pesanan kue keringnya cukup mendapatkan sambutan yang baik. Ia mengatakan bisa memproduksi kue kering berbagai variasi mencapai 200 toples.
"Tiap variasi aku bikin 50 toples tuh. Tapi ternyata sampai ada yang gak kebagian," cerita Adinda.
Momen lebaran di tengah pandemi menimbulkan budaya baru di tengah tengah masyarakat. Kemasan yang menarik dan juga harga yang bersahabat menjadi pilihan tersendiri untuk menyampaikan kasih sayang di tengah keterbatasan.