EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog mengakui upaya penurunan harga daging pada momen Ramadhan dan lebaran tahun ini tidak begitu signifikan. Hal itu lantaran adanya keterbatasan Bulog dalam menyiapkan pasokan, khususnya daging kerbau impor.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan, pihaknya sudah memasukkan daging kerbau impor asal India sebanyak 13 ribu ton. Adapun total kuota yang diberikan mencapai 80 ribu ton selama tahun ini.
"Kenapa baru segitu karena memang masih ada lockdown di India ditambah perkembangan Covid-19 di India kemarin sehingga kita hentikan rencana impor sementara sambil melihat situasi," kata Budi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV, Selasa (18/5).
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan alasan hanya satu perusahaan yang menjadi mitra distribusi daging kerbau beku oleh Bulog. Budi menyampaikan, hanya perusahaan yang bersangkutan yang sudah memberikan kepastian pembelian.
Menurut dia banyak yang menyatakan minat, namun tidak memberikan jaminan. Belajar dari pengalaman pada 2018, akibat banyak perusahaan yang tidak berkomitmen, alhasil Bulog harus mengeluarkan dana sewa gudang pendingin hingga Rp 300 miliar.
Budi menambahkan, Bulog juga ikut menjual daging kerbau langsung kepada konsumen sebesar Rp 80.000 per kg sampai di tempat. Pihaknya juga menyediakan daging sapi beku yang dijual seharga Rp 90.000 per kg. Meski begitu, ia menilai ada keterbatasan lantaran pasokan yang tidak begitu besar dimiliki Bulog.
"Ini yang kita lakukan karena memang ada keterbatasan kemampuan yang dimiliki Bulog, sehingga dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap penurunan harga daging itu," ujarnya.
Diketahui, harga daging sapi secara umum pada momen lebaran lalu secara riil tembus hingga di atas Rp 140 ribu per kg. Impor daging kerbau yang ditempuh Bulog selama ini menjadi salah satu solusi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan harga daging murah sekaligus untuk ikut menekan harga daging secara umum agar tak bergejolak.