EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyebut pengembangan Inseminasi Buatan (IB) telah berhasil sejak tahun 2015.
Sejak 2000, pemerintah terus melakukan penyempurnaan program dan kegiatannya dalam rangka peningkatan populasi sapi dan kerbau dalam negeri. Penyempurnaan ini didasari keinginan pemerintah memenuhi kebutuhan daging dalam negeri dengan merangkul usaha peternakan rakyat, selain untuk mengurangi pasokan impor secara bertahap.
Dimulai dari awal 2000 dengan Program Swasembada Daging Sapi, dilanjutkan dengan upaya peningkatan kelahiran melalui Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB) tahun 2015-2016, dilanjutkan lagi dengan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) pada tahun 2017-2019, dan disempurnakan menjadi kegiatan Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri) mulai tahun 2020, tingkat keberhasilan IB juga turut merangkak naik.
Direktur Jenderal PKH, Nasrullah, menyampaikan, realisasi akseptor dan pelayanan IB sepanjang tahun 2021 juga mencapai angka positif. Dari target tahunan, capaian akseptor dan IB yang telah dilakukan inseminasi sampai per 6 Mei 2021 mencapai 36,73 persen dari 34 provinsi di Indonesia.
"Total akseptor sebanyak 1.469.349 ekor dan pelayanan inseminasi buatan telah berhasil mencapai 1.667.084 dosis," ujar Dirjen PKH, Nasrullah.
Sementara untuk pemeriksaan kebuntingan ternak mencapai 1.110.132 ekor dan yang bunting sudah sebanyak 912.498 ekor dari target tahun 2021 sebanyak 2.714.283. Sedangkan, total ternak yang lahir sampai 6 Mei 2021 sudah sebanyak 792.227 dari 34 provinsi.
"Tentunya kami akan tetap melakukan peningkatan kelahiran, peningkatan produktifitas, pengendalian penyakit hewan, reproduksi, penjaminan keamanan, mutu pangan, serta proses distribusi dan pemasaran," papar Nasrullah.
Dijelaskan, Program Upsus Siwab yang sekarang bernama Sikomandan telah berhasil mendorong percepatan populasi sapi dan kerbau. Dalam tiga tahun (2017-2020) pelaksanaan kegiatan ini realisasi pelayanan IB dari 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2019 mencapai 12.718.847 perkawinan yang terdiri dari 11.550.505 akseptor.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara serentak pada seluruh wilayah telah menunjukan bahwa perkawinan IB sudah dapat diterima oleh para peternak, baik pada daerah pengembangan secara intensif, semi intensif dan ekstensif yang ditunjukkan dengan capaian pelayanan IB sebesar 127,18 persen dan capaian akseptor yang dilayani mencapai 115,50 persen.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan optimalisasi reproduksi melalui perkawinan IB ini ditunjang dengan penyediaan bahan, alat dan sarana, seperti semen beku, N2 cair, kontainer dan alat lainnya yang memadai serta adanya biaya operasional untuk petugas dalam setiap pelayanan IB, PKB dan pelaporan kelahiran.
Untuk menghindari kerugian peternak akibat dari perkawinan IB, maka setiap ternak yang telah dilakukan IB harus diperiksa kebuntingan (PKB) yaitu setelah tiga bulan pelaksanaan IB. Dari PKB yang dilakukan pada periode April 2017 sampai dengan Maret 2020, telah dilakukan pemeriksaan terhadap akseptor sebanyak 7.671.758 ekor dengan akseptor bunting sebanyak 6.538.450 ekor yang berarti dengan akurasi pemeriksaan mencapai 85,23 persen.
Sementara hasil kelahiran pada periode 2017-2020 menunjukan hasil yang sangat signifikan yaitu dengan jumlah kelahiran sebanyak 7.760.194 ekor, atau mencapai 88,88 persen dari akseptor bunting. Selama tiga tahun kelahiran meningkat 48,81 persen yang menunjukkan bahwa arah pelaksanaan kegiatan sudah tepat dalam mempercepat pertambahan populasi.
Hal ini juga diperkuat dengan tingkat kelahiran yang dicapai selama pelaksanaan program ini yang ditunjukkan dari jumlah kelahiran dibandingkan dengan jumlah akseptor IB juga mengalami kenaikan yaitu dari 38,54 persen pada tahun 2017 naik menjadi 50,49 persen tahun 2018 dan mencapai 63,27 persen pada tahun 2019.
Jika dinilai kelahiran ternak sapi dan kerbau selama kurun waktu 2017 sampai 2020 dengan jumlah kelahiran ternak sebanyak 7.760.194 ekor apabila dikalikan dengan harga anak sapi perekor Rp 6 juta maka pendapatan peternak yang didapat dari Sikomandan adalah sebesar Rp 46,5 triliun.
"Salah satu kegiatan ekspos atau gebyar pameran hasil-kegiatan Sikomandan adalah panen anak sapi atau output peningkatan kelahiran. Harapannya Sikomandan bisa berdampak positif meningkatkan populasi ternak dan akhirnya kesejahteraan peternak akan meningkat," harap Nasrullah.
Adapun, jumlah anggaran setiap tahunnya bisa dikatakan menurun. Pada tahun 2017 anggaran dari IB, PKB dan Kelahiran totalnya sebesar Rp 622.422.375, pada tahun 2018 turun menjadi Rp 441.891.774, di tahun 2019 kembali turun ke Rp 356.514.905 dan tahun 2020 sebesar Rp 236.131.271.